A. Pendahuluan
Proyeksi adalah salah satu dari bentuk mekanisme pertahankan diri. Istilah mekanisme pertahanan umum digunakan dalam usaha penyisihan (warding off) dan ditujukan terhadap dorongan naluri. Dorongan naluri disisihkan karena sesungguhnya setiap penyisihan merupakan defensi terhadap afek. Pertahanan langsung terhadap afek, merupakan defense yang lebih archaik (primitif), kurang sistematik, namun lebih memainkan peranan. Namun pertahanan akan tertuju terhadap dorongan naluri, dan umumnya lebih penting dalam hal terjadinya patogenesa neurosa, dan pertahanan tersebut bersifat lebih tersusun dan terorganisasi.
Mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh seorang atlet atau manusia bertujuan untuk :
1. memperlunak atau mengurangi risiko kegagalan;
2. mengurangi kecemasan (anxiety);
3. mengurangi perasaan yang menyakitkan; dan
4. mempertahankan perasaan layak (aman) dan harga diri.
Selain memiliki tujuan, mekanisme pertahanan diri mempunyai beberapa sifat atau karakteristik, antara lain :
1. kurang realistik,
2. tidak berorientasi kepada tugas,
3. mengandung penipuan diri, dan
4. sebagian besar bekerja secara tidak disadari sehingga sukar untuk dinilai dan dievaluasi secara sadar.
Proyeksi juga merupakan salah satu dari bentuk frustasi yang negatif. Frustasi ialah suatu keadaan akibat tidak terpenuhinya satu kebutuhan atau tidak tercapainya tujuan yang diharapkan . Frustasi ini bisa menimbulkan tingkah laku, yaitu: 1) menghancurkan seseorang, merusak atau mengakibatkan disorganisasi dari struktur kepribadian ( mengalami mental disorder yang parah).
2) Di sisi lain dapat menjadi titik tolak bagi suatu usaha baru, untuk menciptakan bentuk adaptasi dan mekanisme pemuasan kebutuhan yang baru pula, sehingga terjadilah perkembangan hidup baru.
Dengan demikian frustasi dapat menimbulkan sesuatu yang positif ataupun sesuatu yang destruksif dan bersifat negatif. Dan bentuk frustasi yang negative sangat merugikan. Setiap cara penyelesaian frustasi itu setidaknya berusaha mengurangi ketegangan dan bisa memberikan kepuasan semua. Akan tetapi belum dapat memecahkan masalah yang ada sebab bisa jadi penyelesaian tersebut ditunda atau dipecahkan masalah melainkan membawa akibat semakin menambah ruwet atau selitnya masalah. Bentuk-bentuk reaksi frustasi negative dikenal pula dengan istilah Escape Mechanism atau mekanisme penghindaran/pelarian diri yang atara lainya adalah proyeksi.
B. Proyeksi
Menurut Koeswara (1991:47), proyeksi ialah suatu mekanisme pertahanan ego yang mengalihkan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain. Adapun menurut Berry (2001:80), proyeksi ialah suatu mekanisme yang menimpakan kesalahan dan dorongan tabu kepada orang lain.
Lebih lanjut lagi, menurut Poduska (2000:121) proyeksi ialah suatu mekanisme pertahanan dengan mana anda mempertahankan diri dari pikiran-pikiran dan keinginan-keinginan yang tak dapat diterima, dengan menyatakan hal tersebut kepada orang lain. Mekanisme pertahanan ego proyeksi ini selalumengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain (Corey, 2003:18). Mekanisme pertahanan ego ini meliputi kecenderungan untuk melihat hasrat anda yang tidak bisa diterima oleh orang lain.
Proyeksi sering kali melayani tujuan rangkap. Ia mereduksikan kecemasan dengan cara menggantikan suatu bahaya besar dengan bahaya yang lebih ringan, dan memungkinkan orang yang melakukan proyeksi mengungkapkan impuls-impulsnya dengan berkedok mempertahankan diri dari musuh-musuhnya (Hall dan Gardner, 1993:88). Mekanisme pertahanan ego ini merupakan kebalikan dari melawan diri sendiri (Boeree, 2005:49). Individu yang secara tidak sadar melakukan mekanisme pertahanan ego seperti ini, biasanya berbicara sebaliknya atau pengkambinghitaman kepada orang atau kelompok lain.
Gangguan jiwa (neurose) dan penyakit jiwa (psyshose) adalah penyakit jiwa akibat dari tidak mampunya seseorang menghadapi kesukaran-kesukarannya dengan wajar, atau tidak sanggup menyesuaikan diri denga situasi yang dihadapinya.(1) Apabila seseorang seseorang tidak mampu mengatasi kesukaran-kesukaran hidupnya dengan baik dan penuh perkiraan, maka hal tersebut akan mendorong kepada bermacam-macam penyesuaian diri yang terjadi akibat tekanan-tekanan.
Tekanan akan ditangani dengan berbagai pembelaan, meskipun dengan “usaha pembelaan” yang menyimpang (pengkaburan). Semua usaha-usaha pembelaan yang berdasarkan dengan penyimpangan kenyataan yang sebenarnya, demi untuk mencapai tujuan-tujuan, sebagai berikut: (2)
1. Agar individu dapat menjauhi rasa cemas dan rasa dosa yang mesyertainya.
2. Agar individu memelihara dirinya, demi harga dirinya.
Cara yang terbaik untuk menghilangkan ketegangan batin ialah dengan jalan menghilangkan sebab-sebabnya. Tetapi tidak semua orang sanggup mengatasi dengan cara tersebut, dan mencari jalan lain yang kurang sehat yaitu berupa usaha-usaha yang tidak disadari.
Proyeksi merupakan upaya untuk melemparkan atau memproyeksikan kelemahan atau perbuatan yang negative, pikiran-pikiran serta harapan buruk kepada orang lain. Orang seperti ini tidak mau mengakui kenegatifan dan kelemahan diri sendiri dan berusaha memproyeksikannya kepada orang lain. Contohnya, seseorang sangat iri hati terhadap kekayaan dan sukses tetangganya. Tapi pada setiap orang ia selalu berkata, bahwa tetangganya itulah yang buruk hati, selalu cemburu dan iri hati terhadap dirinya.
Tiap orang mempunyai sikap tercela atau sifat yang tidak diinginkan, atau seseorang tidak mau mengakui kelakuannya. Dan ia harus menahan diri jangan sampai ia mengakui kekurangan-kekurangan itu. Hal ini tidak akan terlaksana kecuali dengan pembelaan, cara yan terkenal adalah proyeksi.
Beberapa pengertian mengenai proyeksi:
1. Proyeksi adalah seseuatu yang terasa dalam dirinya kepada orang lain terutama tekanan, pikiran atau dorongan-dorongan yang tidak masuk akal sehingga dapat diterima dan kelihatannya masuk akal.
2. Proyeksi adalah sifat-sifat yang tidak masuk akal kepada orang lain setelah ia diperbesar dan diujudkan. Dengan demikian tindakan tampak rasional dan masuk akal.
3. Proyeksi adalah usaha melemparkan pikiran atau harapan yang negatif, atau juga kelemahan atau sikap diri sendiri yang keliru kepada orang lain.
4. Menurut teori Freud, dalam mekanisme pertahanan ego, proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain.
Orang yang tidak menerima kelemahannya, tetapi mempersalahkan orang lain. atau seperti yang dikatakan Freud: “Melihat perasaan-perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dari orang lain yang sesungguhnya terdapat dalam ketaksadaran dari orang itu sendiri”. Kadang-kadang perasaan berdosa seseorang dapat dihilangkan dengan melekatkan dosa itu kepada orang lain. kadang-kadang perasaan berdosa seseorang itu menjadi ringan jika ia sadar bahwa orang lain juga berdosa. Cara bela diri seperti ini banyak terdapat pada orang-orang yang suka menuduh orang lain berbuat sesuatu yang tida diterima oleh masyarakat. Kadang-kadang ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa apa yang dituduhkan kepada orang lain sebenarnya merupakan sifat-sifat orang yang menuduh itu sendiri.
Seseorang melihat diri orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia tidak bisa menerima adanya hal-hal itu pada dirinya sendiri. Jadi, dengan proyeksi, seseorang akan mengutuk orang lain karena “kejahatannya” dan menyangkal memiliki dorongan jahat seperti itu. Untuk menghindari kesakitan karena mengakui bahwa di dalam dirinya terdapat dorongan yang dinggapnya jahat, ia memisahkan diri dari kenyataan ini.
Dalam berbagai segi proyeksi ini dianggap salah satu bentuk ganti tempat. Ia adalah satu proses di mana seseorang melekatkan sifat-sifatnya yang tidak diterima oleh masyarakat kepada orang lain. Kadang-kadang perasaan berdosa seseorang dapat dihilangkan dengan melekatkan dosa itu kepada orang lain. Kadang-kadang perasaan berdosa seseorang itu menjadi ringan jika ia sadar bahwa orang-orang lain juga berdosa.
Cara bela diri tidak disadari ini terdapat di kalangan orang-orang yang banyak menuduh orang-orang lain berbuat sesuatu yang tidak diterima oleh masyarakat. Kadang-kadang ada juga bukti-bukti yang menunjukkan bahwa apa yang dituduhkan kepada orang-orang lain sebenarnya merupakan sifat-sifat orang yang menuduh itu sendiri.
Proyeksi ini berkaitan dengan cara bela diri yang lain yaitu pengingkaran. Hubungan itu diterapkan oleh Frued sebagai berikut ‘seseorang yang bernama A tidak sanggup menanggung kerisauan yang disebabkan oleh bencinya terhadap ornag lain, sehingga A menggunakan proses penggantian yang tidak sadar dan suasana berubah menjadi ‘B membenci kepada A’, pada hal dulunya adalah ‘A benci kepada B’. Jadi mengetahui bahwa ia dibenci oleh orang lain kurang menyakitkan bagi si Aku daripada mengetahui sifat-sifat yang tidak dapat diterima ada pada orang lain adalah kurang menyakitkan disbanding dengan mengetahui bahwa sifat-sifat ini adalah sifat-sifatnya sendiri.
Kadang-kadang orang normal menggunakan cara bela diri ini. Ia tidaklah berbeda dengan cara bela diri sebelumnya, tetapi kalau berlebihan menggunakannya seperti berlebihan menggunakan cara-cara yang lain, bayangannya besar. Sebab penggunaan cara ini menghalang seseorang mengenal dirinya, dan berlebihan memperolok-olokkan dan emnuduh orang lain yang akan merosakkan hubungan social seseorang.
Proyeksi ini dianggap salah satu proses dasar yang memainkan peranan penting dalam kegoncangan-kegoncangan akal. Kadang-kadang percakapan – percakapan tak masuk akal, terutama percakapan –percakapan agressif adalah berdasarkan pada proses ini, terutama dalam kasus halusinasi. Sebab si pasien dalam banyak kasus memproyeksikan secara intelektual sifat-sifat yang tidak dapat diterima kepada orang-orang lain.
C. Cara Melakukan Proyeksi
Proyeksi dilakukan dengan tiga cara:
1. Menyalahkan sebab yang terjadi kebetulan, tidak relevan, dan khayalan,
2. Melihat kekurangan-kekurangan kepribadian yang dimiliki orang-orang lain,
3. Menyalahkan orang-orang lain atas kegagalan diri sendiri.
Cara pertama melakukan proyeksi biasanya tidak merugikan. Contohnya, jika anak-anak tersandung kursi, dan kemudian menyalahkan kursi tersebut, atau ada roh-roh yang mengganggu. Cara yang kedua mungkin juga tidak merugikan, tetapi melebihi dari cara pertama karena mungkin merupakan langkah menuju kekalutan tingkah laku. Apabila orang melakukan proyeksi dengan cara ini dia berusaha menghidari diri dari perasaan bersalahnya dengan menyakinkan dirinya bahwa teman-temannya suka bertingkah laku yang disukai atau diinginkannya sendiri. Jika dia suka melawan maka dia juga melihat sifat suka melawan itu pada orang lain.
Cara yang ketiga adalah menyalahkan orang-orang lain atas kegagalan diri sendiri, dan hal itu juga biasa dilakukan oleh orang lain. apabila dasarnya ada dalam kenyataan dan tidak menggunakannya secara berlebihan, maka proyeksi ini dapat membantu seseorang memelihara kepercayaan dan harga dirinya. Namun proyeksi dapat menyesatkan jika tidak ada dasar dalam kenyataan karena hanya percaya bahwa orang lain bersalah (sampai-sampai mengira bahwa mereka itu berkomplot). Misalnya, seseorang mahasiswa mengeluh bahwa orang-orang tertentu diantara profesornya mempersulitkannya. Ternyata mahasiswa tersebut berambisi menjadi ahli konseling yang hebat. Dia yakin bahwa para anggota staf dari jurusan konseling merasa iri akan prestasinya dan berusaha mencegah untuk melakukan penelitian yang menarik minatnya sebab mereka takut bahwa dia akan mengungguli mereka. Disini mahasiswa tadi memproyeksikan ketidakberhasilannya hampir sampai pada psikosis, adanya kepercayaan yang harus dipertahankan tanpa menghiraukan pengorbanan yang harus diberikan.
Proyeksi dianggap salah satu proses dasar yang memainkan peranan penting dalam kegoncangan-kegoncangan akal. Kadang-kadang percakapan-percakapan tak masuk akal, terutama percakapan-percakapan agresiff adalah dasar pada proses ini, terutama dalam kasus halusinasi.
D. Penutup
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa proyeksi itu adalah suatu tindakan melemparkan pikiran atau harapan yang negatif kepada orang lain, atau dorongan yang tidak masuk akal sehingga dibuat masuk akal atau kelihatan masuk akal. Proyeksi dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
- Menyalahkan sebab yang terjadi kebetulan, tidak relevan, dan khayalan,
- Melihat kekurangan-kekurangan kepribadian yang dimiliki orang-orang lain,
- Menyalahkan orang-orang lain atas kegagalan diri sendiri.
Proyeksi adalah menimpakan sesuatu yang terasa dalam dirinya kepada orang lain, terutama tindakan, fikiran atau dorongan-dorongan yang tak masuk akal sehingga dapat diterima dan kelihatannya masuk akal. Mislanya seseorang yang menghadapi kegagalan dalam sekolah, sector, usaha dan sebagainya, tidak mengetahui kelemahan dan kesalahannya dan mencari pada orang lain, atau sesuatu lain atau sesuatu di luar dirinya untuk dipersalahkan supaya dapat ia menghindari rasa gelisah dan rasa rendah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan