Perilaku atau tindakan yang dimunculkan oleh setiap orang berbeda, tergantung dari karakter dan kepribadian setiap orang yang ada pada dirinya. Perilaku ini mengandung dua kutub yang berlawanan, ada yang baik seperti perilaku menolong, ramah terhadap orang lain dan ada perilaku yang buruk contohnya yaitu mencuri, agresi seperti kenakalan remaja yaitu berkelahi, membunuh dan lain-lain. Menurut Kartono (2002), motif yang mendorong remaja melakukan tindak kejahatan dan keasusilaan itu antara lain untuk memuaskan kecenderungan keserakahan, meningkatnya agresivitas dan dorongan seksual, salah asuh dan salah didik orang tua, sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya, hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, kesatuan untuk meniru, kecenderungan pembawaan yang patologis atau abnormal, konflik batin diri serta pembelaan diri yang irasional.
Kejahatan yang mereka lakukan pada umumnya disertai unsur-unsur mental dengan motif subjektif, yaitu untuk mencapai suatu objek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresi. Perilaku yang merugikan atau menimbulkan korban pada pihak lain disebut perilaku agresi. Baron (dalam Sarwono 1988) mengatakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut, baik secara fisik seperti memukul, menyiapkan jebakan, mencoba mencegah orang lain untuk mencapai tujuan maupun secara verbal seperti menghina, menyebarkan berita tidak benar, menolak berbicara dengan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku agresi pada remaja yang tinggal di asrama brimob dan mengapa remaja tersebut berperilaku demikian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara serta didukung dengan foto-foto.
Subjek dalam penelitian ini adalah seorang pria yang tinggal di Asrama Brimob daerah Bogor. Subjek berada pada periode perkembangan remaja akhir dengan usia 18 tahun.
Dari hasil data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, diperoleh bahwa saat kecil hingga saat ini subjek mengalami suatu keadaan dimana hal tersebut menimbulkan suatu perilaku agresi yang muncul dalam diri subjek. Perilaku agresi ini terlihat dari berbagai perilaku subjek baik secara fisik maupun verbal seperti aksi pemukulan terhadap orang lain yaitu saat tawuran antar sekolah atau saat terjadi perkelahian antara subjek dengan temannya ataupun antara subjek dengan salah satu saudara kandungnya. Setelah melakukan hal tersebut, perasaan subjek terasa lebih terpuaskan dibandingkan apabila hanya memendam amarah dan perasaan kesalnya tersebut.
Apabila subjek tidak dapat menyalurkan amarah dan perasaan kesalnya tersebut, biasanya subjek memukul barang atau benda apapun yang ada didekatnya sambil berteriak dengan kencang. Jika masalah yang dihadapinya cukup berat, seringkali subjek menkonsumsi minuman keras atau obat-obatan terlarang hingga mabuk. Contoh perilaku agresi lainnya adalah dengan melakukan kebohongan terhadap orang lain dan berbicara kasar atau berbicara dengan nada tinggi apabila subjek sedang marah atau kesal terhadap orang lain. Biasanya subjek mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak senonoh dan nada yang tinggi pada saat subjek berkelahi dengan orang lain. Faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku agresi adalah frustrasi, pola asuh orang tua yang salah, modelling yaitu mencontoh perilaku kasar ayahnya, kesesakan yang diakibatkan perasaan tidak nyaman terhadap tempat tinggal yang terlalu padat dan amarah yang diakibatkan adanya perilaku dari orang lain yang tidak menyenangkan bagi dirinya.
Contoh Delinquency adalah Pelecehan seksual terhadap remaja, kalo pelecehan seksual itu bisa disebut sebagai pelecehan seksual jika terlihat kasar, pelecehan seksual terhadap gadis remaja itu bisa terjadi,
Secara sadar atau tidak sadar, kita para gadis remaja sering ‘kesenangan’ kalaw ada cowok yang ‘colek-colek’, pegang tangan kita, disiulin, atau bahkan diraba-raba – apalagi kalo cowok itu adalah cowok idola gadis remaja putri dan cowok yang disukai!
…awal dari kemungkinan pelecehan seksual. Sikap seperti ini perlu diwaspadai. Tanpa disadari, sikap “penerimaan” yang tidak sadar itu bisa aja ditafsirkan sebagai kode “pembolehan” oleh si pria untuk melakukan aksi yang lebih jauh.
cowok kalo udah dikasih sinyal-sinyal persetujuan misalnya dia ‘menggoda’ seorang gadis remaja pasti bakal ‘terus-terusan’, karena ya itu tadi udah dianggap sebagai kode “pembolehan” dan di benak dia – cewek bisa!
Nama : Maisaroh
Nim : 10942008621
Mata Study : Kesehatan Mental
Dosen : M. Fahli Zatra Hadi, S.sos. I
Tiada ulasan:
Catat Ulasan