Khamis, 11 November 2010

Agresi dan Deliquency dalam Kesehatan Mental

Contoh Agresi
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga tidak (Davidoff, Psikologi suatu pengantar 1991). Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal-hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresi. Jadi tidak dapat dipungkiri bahwa pada kenyataannya agresi adalah suatu respon terhadap marah.

Kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau ancaman sering memancing amarah dan akhirnya memancing agresi. Ejekan, hinaan dan ancaman merupakan persuasi yang baik terhadap amarah yang akan mengarah pada agresi. Ejekan yang dilakukan antara kelompok lain dalam kerumunan penonton konser musik semakin lama-semakin seru karena rekan-rekan yang menjadi penonton juga ikut-ikutan memanasi situasi.

Pada akhirnya bila salah satu tidak dapat menahan amarahnya maka ia mulai berupaya menyerang lawannya. Dia berusaha meraih apa saja untuk melukai lawannya misalnya dengan memukulkan botol minuman keras. Dengan demikian berarti isyarat tindak kekerasan mulai terjadi. Bahkan pada akhirnya kelompok yang lain pun tidak jarang ikut-ikutan terlibat dalam perkelahian dalam konser musik.


Contoh Delinquency
Wright membagi jenis kenakalan remaja dalam beberapa keadaan:

1)Neurotic delinquency, remaja bersifat pemalu, terlalu perasa, suka menyendiri, gelisa dan mempunyai perasaan rendah diri. Mereka mempunyai dorongan yang kuat untuk berbuat suatu kenakalan seperti: mencuri sendirian, melakukan tindakan agresif secara tiba tanpa alasan karena dikuasai oleh fantasinya sendiri
.
2)Unsocialized delinquency, suatu sikap yang suka melawan kekuasaan seseorang, rasa bermusuhan dan pendendam.

3)Pseudo social delinquency, remaja atau pemuda yang mempunyai loyalitas tinggi terhadap kelompok atau gang sehingga sikapnya tampak patuh, setia dan kesetiakawanan yang baik. Jika melakukan perilaku kenakalan bukan atas kesadaran diri sendiri yang baik tetapi karena didasari anggapan bahwa ia harus melaksanakan sesuatu kewajiban kelompok yang digariskan
.
Jensen (1985) yang melihat perilaku delinkuen dari sigi bentuk dan dampak kenakalan, menggolongkan perilaku delinkuen dalam empat jenis, yaitu:

1)Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

2)Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

3)Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban difihak orang lain: pelacuran, penyalah gunaan obat, hubungan seks pra-nikah.

4)Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.

Nama : Nazirah
Nim : 10942008491
Mata Study : Kesehatan Mental
Dosen : M. Fahli Zatra Hadi, S.sos. I

Tiada ulasan:

Catat Ulasan