Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.
Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang , hanya corak dan tingkatannya tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walaupun demikian sering juga perasaan berhubungan dengan gejala mengenal.
Apakah perasaan itu? Perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat obyektif, jadi unsur-unsur perasaan itu adalah :
1. Bersifat subyektif daripada gejala mengenal
2. Bersangkut paut dengan gejala mengenal
3. Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama.
Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama.
Sebagai contoh, ada 2 orang bersama-sama menyaksikan suatu lukisan. Seorang diantaranya menanggapi lukisan tersebut dengan rasa senang dan kagum, singkatnya bahwa dia menilai bahwa lukisan itu “bagus” seorang yang lain menanggapi lukisan tersebut dengan acuh tak acuh, tampaknya lukisan tersebut tidak menarik perhatiannya.
Dengan kata lain perkataan lain dia menilai lukisan itu “tidak bagus”. Baik penilaian bagus atau tidak bagus kesemuanya bersifat obyektif dan subyektivitas ini berhubungan erat dengan keadaan pribadi masing-masing. Karena adanya sifat subyektif pada perasaan inilah maka gejala perasaan tidak dapat disamakan dengan pengamatan, fikiran dan sebagainya.
Jiwa adalah bagian yang bukan jasmaniah (immaterial) dari seseorang. Biasanya jiwa dipercaya mencakup pikiran dan kepribadian dan sinonimous dengan roh, akal, atau awak diri. Di dalam teologi, jiwa dipercaya hidup terus setelah seseorang meninggal, dan sebagian agama mengajarkan bahwa Tuhan adalah pencipta jiwa. Di beberapa budaya, benda-benda mati dikatakan memiliki jiwa, kepercayaan ini disebut animisme.
Penggunaan istilah jiwa dan roh seringkali sama, meskipun kata yang pertama lebih sering berhubungan dengan keduniaan dibandingkan kata yang kedua. Jiwa dan psyche bisa juga digunakan secara sinonimous, meskipun psyche lebih berkonotasi fisik, sedangkan jiwa berhubungan dekat dengan metafisik dan agama
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jiwa memiliki arti roh manusia (yg ada di dl tubuh dan menyebabkan seseorang hidup); nyawa
Nama : Nazirah
Nim : 10942008491
Mata Study : Kesehatan Mental
Dosen : M. Fahli Zatra Hadi, S. Sos. I
Tiada ulasan:
Catat Ulasan