Selasa, 28 Disember 2010

tugas kesmen k lompokl. ujian

Tugas kelompok kesehatan mental
Judul: kebutuhan dinamika manusia
Disusun oleh: Muhammad aman, nazira, Nadri
Dosen pembimbiing: M. fahli zatra hadi S.sos,I

Kebutuhan dan dinamika manusia

Setiap tingkah laku manusia merupakan metafestasi dari bebrapa kebutuhan, dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan kata lain: setiap tingkahlaku manusia itu selalu terarah pada suatu obyek atau suatu tujuan pemuasan kebutuhan, yang memberikan arah pada gerak aktivitasnya.
Tingkah laku itu sendiri merupakan suatu kesatuan perbuatan yang berarti. Tujuan atau obyek dari kebutuhan menonjolkan arti yang sebenarnya dari tingakah laku manusia. Jelasnya,tujuan atau obyek dari kebutuhan itu memberikan arti dan nilai tersendiri bagi tingkahlaku manusia khususnya untuk berbuat, bertingkah laku, atau berusaha.
Ketegangn-ketegangan dan konflik batin akan timul pada seseorag, apabila kebutuhan hidup yang sifatnya vital, terhalang; atau dirinya mengalami frustasi. Sebaliknya ketegangan/stress akan lenyap, apabila semua kebutuhan tadi bias terpuaskan.
Kebutuhan ialah subtansi sekuler, dorongan hewanoi, atau motif fisiologis dan psikologis, yang harus dipenuhi oleh organisme, binatang atau manusia supaya mereka bisa sehat sejahtera dan mampu melakukan fungsinya. (J.P. Chaplin, 1981)
Kebutuhan itu bisa bersifat fisis (organis biologis vital) juga bisa bersifat psikis dan social.maka demi kelancaran hidup manusia, kebutuhan-kebuthan ini harus mendapatkan pemuasan, atau dapat dicukupi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak boleh senantiasa dihalangi. Sebab jika orang terus menerus mengalami frustasi. Dia akan dilipiti oleh stress, ketegangan dan ketakutan mental.
Dan selama manusia masih bisa menentukan jalan keluar yang wajar untuk memecahkan kesulitan hidupnya serta pemenuhan kebutuhannya, selama itu akan terjamin kesehatan jiwa dan keseimbangan mentalnya, jadi terdapat adjustment sebab, kepuasan jasmaniah dan kepuasan psikis dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan oraganis dan social itu merupakan alas an fundamental bagi kesehatan mentalnya.


Kebutuha manusia dapat dibagi menjadi 3 niveau yaitu:
a. tingkat biologis atau vital.
b. Tingkat human (manusia sosio budaya, sosio kultual dan psikologis)
c. Tingkat metafisis dan religius

A. Kebutuhan-kebutuhan biologis atau vital
Kebutuhan-kebutuhan tingkat ini kita jumpai pula dalam dunia binatang yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, udara segar, pakaian untuk bertahan terhadap cuaca, tidur, rumah, perlindungan, dorongan untuk beristirahat dan lain-lain.
Jika kebutuhan-kebutuhan pokok dan vital dari manusia tersebut tidak terpenuhi, maka hal tersebut menyebabkan ancaman bagi eksistensi manusia itu sendiri. Bila kebutuhn-kebutuhan tersebut sering dihambat, kejadian ini dapat menimbulkan kegoncangan dan gangguan jiwa, dari taraf yang paling ringan hingga ketaraf yang paling berat.
B. kebutuhan-kebutuhan yang human atau social budaya dan psikologis
Kepribadian manusia adalah suatu totalitas dari disposisi fisis dan psikis yang terorganisir dengn rapi, dan sifatnya dinamis. Maka kepribadian merupkan suatu sisitem psiofisik yang dinamis. Kesatuan psikofisik ini (unsure jasmani dan rohani) selalu menimbulkan dimensi ketegangan, disebabkan oleh usaha pemenuhan kebutuhan fisis dan kebutuhan psikis yang sering tidak imbang dan bertentangan.
Sebagi contoh kita ambil dorongan memiliki seringkali manusia tidak mau mengenali batas-batas nafsunya untuk memiliki sehingga mengganggu kepentingan orang lain. Oprang macam in terpaksa dihadapi macam-macam larangan, ancaman dan norma kesusilaan, yang mengekang nafsu memiliki tersebut juga terhadap nafsu sexs. Ada klanya manuisa ingin kembali pada niveau kebinatngan dengan membiarkan nafsu seknya tidak terkendali sehingga kejadian tersebut dapat mengganggu ketentraman lingkungan, dan terpaksa harus dikendalikan dengan beberapa larangan social, hukum keagamaan atau sanksi hukuman formal
Perjuangan manusia setiap saat untuk mempertahankan keberadaannya menetapkan dirinya selalu dalam kondisi ketegangan. Lagi pula manusia dalam merupakan suatu system yang dinamis, yang selalu mengadakan evaluasi dan revolusi dalam dirinya sendiri. Dengan demikian manusia itu terus tumbuh dalam lingkungannya. Dia dibudayakan oleh manusia lain, tapi dia juga ikut membuat budaya human yang baru.
Jadi manusia merupakan makhluk penuh dialetika hidup dia selalu membentuk diri sendiri, dan tidak akan pernah selesai. Sebab, kalau dia berhenti berarti dia mati.ia tidak pernah diam setiap saat manusia senatiasa merealisasikan kebutuhan-kebutuhan dan dorongan –dorongannya. Ia juga selalu merealisasikan dirinya sendiri ia selalu ingin melebihi keadaan dirinya yang sekarang (das sein) menuju aku di hari esok (dan sollen) yang lebih baik. Senantiasa saja sudah usaha untuk melakukan “zelfovertreffing” atau melebuhi diri sendiri,memasuki suatu taraf kemanusiaan lebih tinggi.
Maka dalam perjuangan hidup ini dia selalu ada dalam genangan ketegangan dan konflik-konflik diri, serta ingin menimbulkan keluar dari kurve biologisnya. Dengan demikian eksistensi diringi selalu direkonstruksikan dan direvisi lagi maka terjadilah diferensiasi dan integrasi yang lebih kompleks dan lebih sempurna dari pada semula sebagai makhluk social, manusia tidak bisa secara psikis terisolasi. Ia memerlukan pengarahan diri keluar, yaitu kepada aku lain. Dia membutuhkan kontak dan komuikasi dengan orang lain. Ia ingin dicintai dan mencintai, ingin dihitung dan dihargai oleh orang lain. Ia ingin berdialog dan mengadakan pertemuan , hanya dengan kontak dengan orang lain dia bisa berkembang. Sebab, orang yang selalu mengkonsentrasikan minatnya kepada awak sendiri dan tidak akan bisa berkembang dengan sempurna.
2.Otonomi fungsional
Devenisi otonomi fungsional adalah pengalaman kejutan yang sangat mencekam jiwa, punya arti dinamis yang sangat besar, dan menjadi kekuatan otonomi yang pada akhirnya secara fungsional menjadi terlepas dari pengalaman-pengalaman hidup sebelumnya. Otonomi fungsional: motif-motif itu cendrung menjadi bebas terlepas dari sumber aslinya (G.W. Allport) pada peristiwa otonomi fungsional terjadi suatu trauma. Trauma atau kejadian traumatis adalah luka jiwa yang dialami yang seseorang, disebabkan oleh satu pengalaman yang sangat menyedihkan atau melukai jiwanya. Sehingga karena pengalaman tersebut hidupnya sangat sejak saat kejadian itu berubah secara radikal: yaitu mendapatkan satu insight baru, serta mengalami proses penaikan atau makin menurunnya niveau kehidupan. Pengalaman traumatis tadi dapat bersifat jasmaniah umpamanya berupa kecelakaan berat, cedera fisik atau menjadi cacat secara mental.
Dapat pula berupa pengalaman yang bersifat psikilogis; antara lain berupa pristiwa yang sangat mengerikan, sehingga menimbulkan kepiluan hati, keputus asaan shock jiwa dan lain-lain.
Suatu pengalaman atau erlebnis yang begitu mencekam diri kita. Mempunyai arti dinamis yang sangat besar dinamika situasi demikian ini menjadi suatu kekuatan yang otonom, yang pada akhirnya secara fungsional menjadi terlepas dari penglaman-pengalaman hidup sebelumnya dengan kata lain menjadi suatu fungsi yang otonom dan terlepas dari rantai pengalaman-pengalaman yang terdahulu, sedang yang ada hanya hubunngan histories belaka.
3. Pertumbuhan bentuk pemuasan kebutuhan
Sejak lahir, bayi belajar memuaskan kebutuhan-kebutuhan organis dan social (humun cultural) dengan cara-cara tertentu yang tetap. Cara pemuasan kebutuhan ini ditentukan oleh lingkungannya, yaitu oleh lingkungan budaya anak. Dengan kata lain milieu kebudayaan mempengaruhi cara seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan menetukan macam kebutuhan tadi. Misalnya cara berpakaian cara memuaskan rasa lapar dan macamnya makanan yang di Negara-negara tropis jelas berbeda jenisnya dengan macam makanan di daerah beriklim dingin (misalnya di daerah kutub utara).
Cara pemenuhan kebutuh itu ditampilkan dalam bentuk-bentuk kebiasaan dan perbuatan-perbuatan otomatis, yang diberi model atau pola oleh kebudayaan seseorang. Lambat laun akan timbul bentuk-bentuk tingkah laku kebiasaan baru untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu, jika pola baru tadi ternyata lebih efesien dari pada pola yang lama (sedangkan kebiasaan yang lama itu ditinggalkan ).
Maka akan lenyap bentuk-bentuk tingkah laku lama tertentu; ada bentuk kebutuhan tertentu yang digantikan dengan bentuk tingkah laku dan kebutuhan baru.jadi, bentuk yang lama tadi kehilangan potensi dinamisnya atau kehilangan valensinya.
Jelasnya kebutuhan manusia yang lama bisa digantikan dengan kebutuhan baru penggantian ini dapat berlangsung dengan cara yang lunak, tapi dapat pula dengan cara paksaan dan kekerasan desertai kemauan, hukuman, sanksi dan disiplin keras biasanya peristiwa ini didahului dengan sebagi konflik dan krisi batin. Misalnya saja seorang yang ingin brhenti merokok sedangkan dia adalah seorang pecandu rokok alangkah sulitnya usaha tersebut yaitu menghapus kebiasaan lama merokok)
4. frustasi dan reaksi frustasi (terhambat, kecewa, terkecoh harapan)
Frustasi ialah suatu keadaan, dimana suatu kebutuhan, tidak bisa terpenuhi, dan tujuan tidak bisa tercapai sehingga orang kecewa dan mengalami satu barriere/halangan dalam usahanya mencapai suatu tujuan .
1.Frustasi ialah penghalang tingakah laku yang tengah berusaha mencapai satu tujuan.
2.Satu keadaan ketegangan yang tidak menyenangkan, desertai kecemasan, dan meningkatnya kegiatan simpatetis, disebabkan oleh hambatan atau halangan.
(J.P. Chaplin, 1981)
Frustasi dapat mengakibatkan berbagai bentuk tingkah laku. Misalnya seseorang dapat mengamuk dan menghancurkan orang lain, merusak barang, atau menyebabkan desorganisasi pada struktur kepribadian sendiri, namum sebaliknya, frustasi dapat juga memunculkan titik tolak baru bagi satu perjuangan dan usaha baru.
1. Mobilitas dan penambahan kegiatan
Jika seseorang dalam usahanya (dengan energi penuh) mencapai satu tujuan mengalami satu rintangan besar, maka sebagai reaksinya bisa terjadi suatu pengumpulan /stuwing energinya untuk menjebol hambantan yang menghalangi. Dalam hal ini terbenturnya seseorang pada suatu kesulitan besar itu justru menggugah rangsangan dan dorongan untuk memperbesar energi, dan usaha dan keuletannya, guna mengatasi kesulitan-keslitan tadi, menuju pada kemenangan.
Bukan saja energinya yang diperbesar, tapi segala sarana, segala kapasitas dan potensi, baik yang sudah dipakai maupun yang masih merupakan tenaga cadangannya, bahkan segala permintaan pribadi dikerahkan untuk mencari jalan keluar dari kesulitan, dan orang berusaha menemukan bentuk penemuan yang baru. Dengan begitu frustasi dapat memobilisir seluruh aspek kepribadian, dan memaksa mengaktualisasikan potensi-potensi lama dan potensi-potensi baru untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
2. Beisnnung: berfikir secara mendalam disertai wawasan jernih
Ssetiap frustasi memberikan masalah sekaligus tantangan manusia untuk diatasi. Kejadian ini memaksa dirinya untuk melihat realitas dengan jalan mengambil distansi/jarak pengambilan distansi ini merupakan syarat pertama untuk beisnnung. Beisnnung ialah berpikir secara mendalam wawasan dan jernih, serta menggunakan akal budi dan kebijaksnaan, hingga tersusun reorganis dari aktivitas-aktim vitasnya
Beisnnung memanggil perspektif-perspektif baru, dan memberikan kesempatan untuk menilai arti dari frustasi tersebut menurut proposisi sebenarnya, kemudian dengan akal sehat dan hati tenang orang berusaha mencari alternatif jalan keluarnya.
3. Resignation
Resignation adalah tawakal dan pasrah pada ilahi “pasrah dan menerima” berarti menerima setuasi dan kesulitan yang diahadapi dengan sikap rasional dan siakap ilmiah. Sikap ilmiah itu antara lain mencakup mampu melakukan koreksi terhadap kelemahan sendiri, tidak picik pandangan, bersikap terbuka, sanggup menerima kritik dan saran-saran berani mengakui kesalaha sendiri, menghayati hukum sebab akibat dari setiap peristiwa responsive dan sensitive terhadap kejadian-kejadian diluar dirinya, jujur serta obyektif.
Kemudian dengan tabah dan ulet orang terus bekerja dan mengusahakan keseimbagan. Ketenangan batin, kepuasaan, tanpa mengalami banyak konflik-konflik batin yang serius. Disarnkan orang belajar menggunakan pola hidup yang positif ini sejak masa anak-anak.
4. membuat dinamis irriil satu kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan tertentu dapat mengalami atrofi merana, mengecil, tidak berfungsi lagi, karna tidak pernah dipakai lagi. Yaitu bisa lenyap dengan sendirinya. Karena sudah tidak diperlukan, atau sudah tidak sesuai dengan kecendrungan pribadi pada saat itu, bagi kader pertumbuhan kebutuhan dari kader pribadi tersebut. Kebetulan kebutuhan tadi dipastikan sebagai tidak sesuai, tidak berharga lagi bahkan dianggap sebagi salah tempat, salah waktu, dan tak berguna. “tidak sesuai” dalam arti ini adalah sejajar dengan: membuat kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi dinamis riil.
Misalnya, seseorang yang telah yakin pada suatu paham politik atau satu kepercayaan agama tertentu, akan menyadari benar ada sejumlah kebutuhan-kebutuhan yang hingga suatu saat dianggap sebagi mutlak dan harus dipenuhi. Kini ternyata, bahwa kebutuhan tersebut menjadi tidak ternilai dan tidak bermanfaat lagi bagi dirinya, karena sudah tidak sesuai sama sekali dengan pola proyek hidupnya yang baru (sebab idiologi politik atau keyakinan agamanya sudah berubah)


5. kompensasi atau substitusi dari tujuan-tujuan
Kompensasi ialah usaha menggantikan atau usaha mengimbangi suatu yang dianggap minder atau lemah. Kompensasi ialah proses mereaksi terhadap perasaan –perasaan inferior (adler)
Kompensasi ialah tingkah laku untuk menggantikan frustasi social atau frustasi fisik, atau terhadap ketidak mampuan pada suatu arah kepribadian tertentu. (J.P.Chhaplin,1981)
Kegagalan seseorang dalam suatu bidang dapat menimbulkan kecemasan, ketegangan dan derita batin, kemudian dialaihkan pada usaha pencapaian sukses dibidang lain. Dengna upaya kompensasi ini akan hilang segala stress dan gangguan batin, lalu orang menjadi senang dan seimbang kembali.
6.sublimasi (aublim= paling utama, maha tinggi)
Sublimasi adalah usaha untuk mensubstitusikan atau mengganti kecendrungan-kecendrungan yang egoistis nafsu-nafsu seks yang animalistis, dorongan-dorongan biologis yang primitif dan aspirasi-aspirasi social yang tidak sehat menjadi tingkah laku yang lebih tinggi atau luhur, yang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luar.
Sublimasi adalah proses yang tidak disadari dengan mana libido atau naluri seks diarahkan atau ditransformasikan kedalam bentuk penyaluran yang lebih bisa diterima. (freud).
Sublimasi adalah seberang pengarahan dari inplus-inplus social yang tidak bisa diterima kearah penyaluran yang lebih bisa diterima (J.P. Chaplin).
Misalkan, kekecewaan disebabkan oleh terhambatnya dorongan-dorongan organis atau dorongn seks bisa disalurkan kepada bidang seni dan kebudayaan. Karena putus cinta, seseorang menjadi juru rawat, atau menjadi bidan yang baik, karena kekecewaan ini dan hinaan-hinaan seorang fasien menjadi ahli dalam berfikir besar, menjadi dokter, atau menjadi seorang seniman yang berhasil dan lain-lain. Maka terbayar lunaslah segala kekecewaan, sakit hati dan derita batin, digantikan dengan bentuk kesuksesan usaha atau sublimatif dibidang lain.





1. Dinamika psyche atau Kepribadian
A. hukum pasangan berlawanan

Psyche atau kepribadiaan adalah sesuatu system energi yang tertutup tetapi tidak untuk seluruhnya, sifat tertutupnya tidak sempurna dikarenakan energy dari sunber-sumbr diluarnya dapat masuk atau ditambahkan pada system ini, misalnya dengan makan, dan energy didalam dapat berkuang, misalnya kalau orang melakukan kerja menggunakan tenaga jasmani kecuali itu dapat pula rangsangan dari luar menguabah distribusi energi pada saat itu, misalnya adanya perubahan yang mendadak pada dunia luar membawa perubahan dalam dalam orientasi, pengamatan, dan sebagainya.
B. Prinsip Ekuivalen
Adapun prinsip-prinsip yang mengatur energy psikis itu juga “analog” dengan prinsip yang mengatur energy dalam ilmu alam. Jung mendasarkan pandangannya dalam “dinamika psyche ada dua prinsip pokok yaitu ekuivalens dan entropi. Prinsip ekuivalen itu analiog dengan hukum penyimpanan energy dalam thermodinamika, yang mula-mula dirumuskan oleh Helmholtz, yaitu mengatakan bahwa jumlah energy itu selalu tetap hanya distribusinya yang berubah-ubah. Prinsip ekuivalen menyatakan bahwa apa bila sesuatu nilai menurun atau hilang, maka jumlah energy yang didukung oleh nilai itu tidak hilang dari psyche melainkan akan muncul kembali dalam nilai baru. Jadi dalam seluruh system kejiwaan itu banyaknya energy tetap haya distribusinya yang berubah-ubah.
C. Prinsip Entropi
Kalau prinsip ekuivalen itu merupkan hukum pertama dalam thermodinamika maka prinsip entropi merupakan hukum yang kedua. Hukum ini mengatakan bahwa apabila dua benda yang berlainan panasnya bersentuhan, maka panas akan mengalir dari yang lebih panas kepada yang lebih dingin
Bekerjanya prinsip entropi ini menghasilkan keseimbangan kekuatan. Benda yang dipanaskan berkurang energinya dan mengalir kepada yang lebih dingin sampai kedua benda itu sama panasnya. Prinsip ini diambil oleh jung untuk menggambarkan dinamika psyche, yaitu distribusi energy dalam psyche itu selalu menuju keseimbangan.
(Drs. Sumadi surya bata MA hal, 174).

2. Arah dan intensitas Energi
a. Arah energy: progresi dan regresi, Ekstraversi dan Intraversi
gerak energy ini mempunyai arah, dan arah geraknya itu dapat dibedakan antara gerak progresif dan gerak agresif. Gerak progresif adalah gerak kesadaran dan bentuk proses penyesuaian yang terus menerus terhadap tuntunan-tuntnan kehidupan sadar. Gerak regresif terjadi apabila dengan gagalnya penyesuaian secara sadar dan karenanya terbangunkan ketidak sadaran misalnya lewat kompleks-komleks terdesak terjadilah penumpukan energy yang berat sebelah dan berakibat bahwa isi-isi ketidak sadaran menjadi terlalu penuh energy dan kekuatannya bertambah besar. Hal ini dapat berakibat individu kembali kepad pase perkembangan yang telah dilewatinya, atau menderita neourosis, atau bila terjadi pemalikan total dimana ketidaksadran masuk kesadaran maka orang yang bersangkutan akan menderita psikosis.
b.Intensitas Energy: Gambaran
kecuali arahnya, siat pokok proses energy yang lain adalah nilai intensitsnya (werteintensitat) bentuk khusus menifestasinya energy itu didalam jiwa adalah gambaran. Gambaran itu adalah hasil fantasi mencipta yang menonjolkan bahan-bahan dari ketidak sadaran menjadi gambaran seperti yang terdapat pada mimpi. Dalam mimpi gambaran itu merupakan lambing-lambang yang isinya atau maknanya tergantung kepada banyak sedikitnya energy, jadi dapat disamakan dengan werteintensitat energy. Adapun werteintensitat itu tergantung pada konstelasi dimana gambaran itu muncul, yaitu nilai gambaran itu dalam keseluruhan konteks proses psikis itu gambaran yang sama pada konteks yang satu merupakan pemegang peran utama, pada konteks lain hanya memegang peran tidak penting.
3.Interaksi Antara Aspek-Aspek Psyche Atau Kepribadian
Keempat fungsi jiwa yang pokok dan kedua jiwa serta berbagai system yang membentuk keseluruhan kepribadian berintraksi satu sama lain dalam tiga macam cara, yaitu:
a. Suatu aspek atau system mengkompensasikan kelemahannya terhadap yang lain.
b. Sesuatu aspek atau system menentang aspek atau system yang lain
c. Satu atau dua system mungkin bersatu untuk membentuk sintesis.
Kompensasi dapat terjadi pada pasangan-pasangan berlawanan dan dengan mudah dapat ditunjukan dalam hal fungsi jiwa dan sikap jiwa. Orang yang fikirannya sangat berkembang, perasaannya sangat tidak berkembang dan ini menimbulkan tegangan yang menggangu keseimbangan jiwa dan perasaan itu butuh kompensasi.
Pertentangan atau perlawanan terjadi antara berbagai aspek dalam kepribadian antara pikiran dan perasaa, antara intuisi dengna pendirian, antara aku dengan bayang-bayang dan antara pesona dan animus, pasangan diatas itu sering berlawanan berhubungan secara komoplementer dan kompensatoris, dan hal ini menyebabkan psyche itu selalu bersifat dinamis.
D. Perkembangan Kepribadian
Jung tidak berbicara mengenai perkembangan dalam cara yang dilakukan oleh kebanyakan ahli-ahli lainnya. Dia berbicara tentang perkembangan umat manusia, orang-orang menuju ketaraf yang lebih senpurna, jung yakin bahwa manusia selalu maju atau mengejar kemajjuan, dari taraf perkembangan yang kurang sempurna ketaraf yang lebih sempurna. Juga manusia sebagi jenis selalu menuju taraf diferensiasi yang lebih tingi.















Daftar Kepustakaan
- Dr. kartono kartini, hygiene mental, cv mandar maju.
- Semium yustinus, 2006, kesehatan mental 1, yogyakarta: kanisius
- Sosiologi perkembangan

Tiada ulasan:

Catat Ulasan