Selasa, 28 Disember 2010

Prinsip2 Kesmen Kelompok Verawati Jevia

PRINSIP-PRINSIP KESEHATAN MENTAL



A. Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental memiliki sejumlah pengertian, kalangan klinisi berpandangan bahwa sehat mentalnya jika terbebas dari gangguan dan sakit mental. Pengertian yang lain lebih menekankan pada kemampuan individual dalam merespon lingkungannya. Selain itu juga ada yang menekankan pada pertumbuhan dan perkembangan yang positif.

Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan masyarakat di aman ia hidup. Kesehatan mental tidak hanya jiwa yang sehat berada dalam tubuh yang sehat (means sana in corpore sano), tetapi juga suatu keadaan yang berhubungan erat dengan seluruh eksistensi manusia. Itulah suatu keadaan kepribadian yang bercirikan kemampuan seseorang untuk menghadapi kenyataan dan untuk berfungsi secara efektif dalam suatu masyarakat yang dinamik. Jadi orang yang bermental sehat adalah orang yang dapat menguasai segala faktor dalam hidupnya sehingga ia dapat mengatasi kekalutan mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan perasaan dan hal-hal yang menimbulkan frustasi.

Kesehatan mental secara relatif sangat dekat dengan integritas jasmaniah-rohaniah yang ideal. Kehidupan psikisnya stabil, tidak banyak memendam konflik internal, suasana hatinya tenang dan jasmaniahnya selalu sehat. Mentalitas yang sehat dimanifestasikan dalam gejala;tanpa gangguan batin, dan posisi pribadinya harmonis/seimbang, baik ke dalam (terhadap diri sendiri), maupun keluar (terhadap lingkungan sosialnya). Ciri-ciri khas pribadi yang bermental sehat antara lain:

1. Ada koordinasi dari segenap usaha dan potensinya, sehingga orang mudah mengadakan adaptasi terhadaptuntutan lingkungan standar, dan norma sosial, serta terhadap perubahan-perubahan sosial yang serba cepat.
2. Memiliki integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadian sendiri, sehingga mampu memberikan partisipasi aktif kepada masyarakat.
3. Senantiasa giat melaksanakan proses realisasi diri (yaitu mengembangkan secara riil segenap bakat dan potensi), memiliki tujuan hidup dan selalu mengarah pada transendensi diri, berusaha untuk melebihi keadaan/kondisinya yang sekarang.
4. Bergairah, sehat lahir batin, tenang dan harmonis kepribadiannya, serta mampu menghayati kenikmatan dan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya.


B. PRINSIP-PRINSIP KESEHATAN MENTAL

Sangat sulit untuk menetapkan satu ukuran dalam menentukan dan menafsirkan kesehatan mental, masing-masing ahli mempunyai kriteria yang berbeda antara satu dengan yang lain. Prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh para ahli tersebut adalah sebagai berikut:

• Maslow menyebutnya dengan self-actualization, yaitu:
1. Rasa aman yang memadai
2. Kemampuan menilai diri sendiri yang memadai
3. memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai dengna orang lain
4. mempunyai kontak dengan efisien dengan realitas
5. Keinginan-keinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk memuaskannya
6. Mempunyai kemampuan pengetahuan yang wajar
7. Kepribadian yang utuh dan konsisten
8. memiliki tujuan hidup yang wajar
9. kemampuan untuk belajar dari pengalaman
10. kemampuan memuaskan tuntutan kelompok
11. Mempunyai emansipasi yang memadai dari kelompok atau budaya

• Carl Rogers menyebutnya dengan fully functioning (pribadi yang berfungsi sepenuhnya)
1. Terbuka terhadap pengalaman
2. Ada kehidupan pada dirinya
3. Kepercayaan pada organismenya
4. Kebebasan berpengalaman
5. Kreativitas

• Golden Allport (1950) menyebutnya dengan maturity personality
1. Memiliki kepekaan pada diri secara luas
2. Hangat dalam berhubungan dengan orang lain
3. Keamana emosional atau penerimaan diri
4. Persepsi yang realistik, keterampilan dan pekerjaan
5. Mampu menilai diri secara objeltif dan memahami humor
6. Menyatunya filosofi hidup

• D.S Wrigth dan A Taylor
1. Bahagia (happines)
2. Efisien dalam menerapkan dorongan untuk kepuasan kebutuhannya
3. Kurang dari kecemasan
4. Kurang dari rasa berdosa
5. Matang, sejalan dengan perkembangan yang sewajarnya
6. Mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya
7. Memiliki otonomi dan harga diri
8. Mampu membangun hubungan emosional dengan orang lain
9. Dapat melakukan kontak dengan realitas

• Menurut (Schneiders, 1964) ada lima belas prinsip yang harus diperhatikan untuk memahami kesehatan mental. Prinsip ini berguna dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mental serta pencegahan terhadap gangguan-gangguan mental. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prinsip yang didasarkan atas sifat manusia, meliputi:
a. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan atau bagian yang tidak terlepas dari kesehatan fisik dan integritas organisme.
b. Untuk memelihara kesehatan mental dan penyesuaian yang baik, perilaku manusia harus sesuai dengan sifat manusia sebagai pribadi yang bermoral, intelektual, religius, emosional dan sosial.
c. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi dan pengendalian diri, yang meliputi pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat, emosi dan perilaku.
d. Dalam pencapaian dan khususnya memelihara kesehatan dan penyesuaian mental, memperluas pengetahuan tentang diri sendiri merupakan suatu keharusan.
e. Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, yang meliputi penerimaan diri dan usaha yang realistik terhadap status atau harga dirinya sendiri.
f. Pemahaman diri dan penerimaan diri harus ditingkatkan terus menerus memperjuangkan untuk peningkatan diri dan realisasi diri jika kesehatan dan penyesuaian mental hendak dicapai.
g. Stabilitas mental dan penyesuaian yang baik memerlukan pengembangan terus-menerus dalam diri seseorang mengenai kebaikan moral yang tertinggi, yaitu hukum , kebijaksanaan, ketabahan, keteguhan hati, penolakan diri, kerendahan hati, dan moral
h. Mencapai dan memelihara kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada penanaman dan perkembangan kebiasaan yang baik.
i. Stabilitas dan penyesuaian mental menuntut kemampuan adaptasi, kapasitas untuk mengubah meliputi mengubah situasi dan mengubah kepribadian.
j. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan perjuangan yang terus menerus untuk kematangan dalam pemikiran, keputusan, emosionalitas dan perilaku.
k. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan belajar mengatasi secara efektif dan secara sehat terhadap konflik mental dan kegagalan dan ketegangna yang ditimbulkannya.

2. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan lingkungannya, meliputi:

a. Kesehatan dan penyesuaian mental tergantung kepada hubungan interpersonal yang sehat, khususnya di dalam kehidupan keluarga.
b. Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran tergantung kepada kecukupan dalam kepuasan kerja.
c. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan sikap yang realistik yaitu menerima realitas tanpa distorsi dan objektif.

3. Prinsip yang didasarkan atas hubungan manusia dengan Tuhan, meliputi:
a. Stabilitas mental memerlukan seseorang yang mengembangkan kesadaran atas realitas terbesar daripada dirinya yang menjadi tempat bergantung kepada setiap tindakan yang fundamental.
b. Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan yang konstan antara manusia dengan Tuhannya.

Pengakuan secara intelektual tentang kebergantungan manusia keapada Tuhan tidak cukup. Pengakuan itu harus direalisasikan dan dimanifestasikan melalui hubungan aktif dengan Tuhan berupa shalat, berpuasa, berkurban, dan melaksanakan perintah-Nya yang lain sesuai kemampuan serta meninggalkan larangan-Nya. Tanpa ibadah pengakuan dengan Tuhan hanyalah khayalan belaka, shalat, berdoa, dan tata cara ibadah lain merupakan pendekatan jiwa raga, hati dan pikiran kepada Tuhan akan mengusir rasa cemas, takut, khawatir, sedih, rasa sendirian, dan rasa tidak berdaya, bahkan dapat menimbulkan rasa kemerdekaan, ketenangan dan kebahagiaan.

• Richard T. Kinnier (dalam Capuzzi & Gross, 1997)

1. Menerima diri sebagaimana adanya (self-aceptance)
Pada umumnya, orang yang sehat mentalnya dapat menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya dan mempunyai self-esteem yang positif, tetapi jangan sampai berlebih-lebihan. Self-esteem merupakan essential component mengenai mental yang sehat (Allport, 1961; Maslow, 1970; Rogers, 1961 dalam Capuzzi & Gross, 1997). Self-esteem yang negatif dapat menimbulkan berbagai masalah sehingga keadaan mental kurang baik atau kurang sehat. Menerima keadaan diri sebagaimana adanya juga berarti menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

2. Mengerti tentang keadaan diri (self-knowledge)
Orang yang mentalnya sehat mengerti dengna baik tentang keadaan dirinya. Orang akan sadar, baik mengenai perasaannya, motivasinya, kemampuan berpikirnya, maupun aspek-aspek mentalnya yang lain.

3. Self-confidence dan self control
Orang yang sehat mentalnya mempunyai percaya diri (self confidence) dan kontrol diri (self-control). Merek adapat independen bila diperlukan dan dapat pula asertif apabila yang bersangkutan ingin asertif. Mereka mempunyai internal focus of control. Merek adapat mengontrol dirinya dengan baik.

4. A clear perception of reality
Orang yang sehat mentalnya mampu mengadakan persepsi keadaan realita secara baik. Orang dapat membedakan mana yang riil dan mana yang tidak. Orang yang demikian tidak mencampuradukkan anatara yang riil dengna yang tidak riil, bersifat objektif, dan selalu melihat realita seperti apa adanya.

5. Balance and moderation
Orang yang mentalnya sehat mempunyai keseimbangan atau balance dalam kehidupannya. Mereka bekerja, tetapi juga istirahat atau main; menangis, tetapi juga tertawa; mementingkan diri (selfish), tetapi juga mementingkan sosial (altruistic); berpikir logis, tetapi juga intuitif, pada dasarnya, kehidupan mereka selalu dalam keadaan keseimbangan. Orang yang sehat mentalnya bersikap moderat, tidak ekstrim. Kalau bersikap ekstrim dapat menimbulkan masalah.

6. Love of others
Orang yang sehat mentalnya akan menyayangi sesama manusia, mereka tidak mempunyai sikap permusuhan terhadap orang lain. Dengan demikian, mereka dapat diterima secara baik oleh orang-orang lain, tidak timbul permusuhan, suasana adanya kedamaian.

7. Love of life
Orang yang sehat mentalnya akan menyayangi kehidupan yang dihadapi. Apa yang dihadapi dalam kehidupannya selalu diterima secara tulus dan penuh rasa sayang.

8. Purpose in life
Orang yang sehat mentalnya menyadari dengan sepenuhnya tentang tujuan kehidupannya. Untuk apa dan ke arah mana kehidupannya disadari dengan sepenuhnya, tidak ada keragu-raguan dalam mengarungi kehidupannya.

• Herber dan Runyon (1984), menyebutkan sejumlah prinsip-prinsip kesehatan mental, sebagai berikut:
1. Sikap terhadap diri sendiri.
Mampu menerima diri sendiri apa adanya, memiliki identitas diri yang jelas, mampu menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri secara realistis.

2. Persepsi terhadap realita
Pandangan yang realistis terhadap diri sendiri dan dunia sekitar yang meliputi orang lain maupun segala sesuatu.

3. Integrasi
Kepribadian yang menyatu dan harmonis, bebas dari knflik-konflik batin yang mengakibatkan ketidakmampuan dan memiliki toleransi yang baik terhadap stres.

4. Kompetensi
Mengembangkan keterampilan mendasar berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial untuk dapat melakukan koping terhadap masalah-masalah kehidupan.

5. Otonomi
Memiliki ketetapan diri yang kuat, bertanggung jawab, dan penentuan diri dan memiliki kebebasan yang cukup terhadap pengaruh sosial.

6. Pertumbuhan dan aktualisasi diri
Mengembangkan kecenderungan ke arah peningkatan kematangan, pengembangan potensi, dan pemenuhan diri sebagai seorang pribadi.

7. Relasi interpersonal
Kemampuan untuk membentuk dan memelihara relasi interpersonal yang intim.

8. Tujuan hidup
Tidak terlalu kaku untuk mencapai kesempurnaan, tetapi membuat tujuan yang realistik dan masih di dalam kemampuan individu.

• Altrocchi, 1980; Lehtinen, 1989, prinsip-prinsip kesehatan mental adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan mental adalah lebih dari tiadanya perilaku abnormal.
Prinsip ini menegaskan bahwa yang dikatakan sehat mentalnya tidak cukup kalau dikatakan sebagai orang yang tidak mengalami abnormalitas atau orang yang normal. Karena pendekatan statistik memberikan kelemahan pemahaman normalitas itu. Konsep kesehatan mental lebih bermakna positif ketimbang makna keadaan umum atau normalitas sebagaimana konsep statistik.

2. Kesehatan mental adalah konsep yang ideal.
Prinsip ini menegaskan bahwa kesehatan mental menjadi tujuan yang amat tinggi bagi seseorang. Apalagi disadari bahwa kesehatan mental itubersifat kontinum. Jadi sedapat mungkin orang mendapatkan kondisi sehat yang paling optimal, dan berusaha terus untuk mencapai kondisi sehat yang setinggi-tingginya.

3. Kesehatan mental sebagai bagian dan karakteristik kualitas hidup.
Prinsip ini menegaskan bahwa kualitas hidup seseorang salah satunya ditunjukkan oleh kesehatan mentalnya. Tidak mungkin membiarkan kesehatan mental seseorang untuk mencapai kualitas hidupnya , atau sebaliknyakualitas hidup seseorang dapat dikatakan meningkay jika juga terjadi peningkatan kesehatan mentalnya.

• Siswanto, S.Psi., M.Si (2007)
1. Bertingkah laku menurut norma-norma sosial yang diakui
2. Mampu mengelola emosi
3. Mampu mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki
4. Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial
5. Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menuntun tingkah lakunya
6. Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang
7. Mampu belajar dari pengalaman
8. Biasanya gembira.

Demikianlah prinsip-prinsip kesehatan mental, pengembangan dan penyesuaian diri (adjustment) yang merupakan dasar kebahagiaan bagi setiap orang. Kekurangan pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut akan mengurangi kebahagiaannya. Derajat kebahagiaan anatara lain dapat diukur melalui kemantapan pelaksanaan prinsip-prinsip itu.


Nama : Verawati Jevia
Nurhalimah
Uminidiatul Hasanah
Mata Study : Kesehatan Mental
Dosen : M. Fahli Zatra Hadi, S.Sos.I











DAFTAR PUSTAKA
Moeljono Notosoedirjo, Latipun. Kesehatan Mental; konsep & penerapan, Malang: UMM, 2002

Yustinus Semium, OFM. Kesehatan Mental I, Yogyakarta: Kanisius, 2006
Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010
Prof . Dr. Bimo Walgito. Bimbingan dan Konseling, Yogyakarta: Andi, 2010,
11 Siswanto, S.Psi., M.Si. Kesehatan Mental; konsep, cakupan, & perkembangannya, Yogyakarta: Andi, 2007

Tiada ulasan:

Catat Ulasan