Jumaat, 31 Disember 2010

Penambahan:Isu Bimbingan Konseling

ISU BIMBINGAN KONSELING
Dari : Ummu Hani dan Yasmiati BPI
Karakteristik Klien
A.Memahami Klien
Seseorang konselor memahami setiap klien yang datang kepadanya. Karena ada klien yang datang dengan kemauan sendiri dan ada juga yang datang karena dikirim oleh orang tua atau gurunya. Harapan, kebutuhan, latar belakang klien akan menentukan terhadap keberhasilan proses konseling. Keberhasilan dan kegagalan proses konseling ditentukan oleh tiga hal yaitu: 1) Kepribadian klien 2) Harapan klien 3) Pengalaman/pendidikan
1) Kepribadian Klien
Aspek-aspek kepribadian klien adalah sikap, emosi, intelektual, motivasi dan sebagainya. Seseorang konselor yang efektif akan mengungkapkan perasaan-perasaan cemas klien semaksimal mungkin dengan cara menggali atau eksplorasi sehingga keluar leluasa. Jika perasaan – perasaan klien sudah dikeluarkan dengan leluasa baik secara verbal maupun perilaku non verbal dengan jujur maka kecemasan klien akan menurun. Maka apabila pikirannya menjadi jernih baru konselor dapat menemukan intelektual klien karena ketika dalam keadaan sedih atau emosional yang negatif, sudah tentu klien akan gelap pikirannya.
Sebagai konselor, klien juga dilatarbelakangi oleh sikap, nilai-nilai, pengalaman, perasaan, budaya, sosial, ekonomi dan sebagainya. Semua itu membentuk pribadinya. Ketika proses konseling latar belakang itu akan muncul. Contohnya sikap, ada klien yang tidak terbuka, ada yang terlalu emosional, ada yang acuh tak acuh, terlalu bergnatung pada klien dan sebagainya. Ragam keadaan klien bukan berarti konselor bertputus asa, akan tetapi seharusnya belajar lebih banyak bagaimana cara mengantisipasinya.
2) Harapan Klien
Pada umumnya harapan klien terhadap proses konseling adalah untuk memperoleh informasi, menurunkan kecemasan, memperoleh jawaban atau jalan keluar dari persoalan yang dialami, dan mencari upaya bagaimana dirinya supaya lebih baik, lebih berkembang. Sering terjadi bahwa klien menaruh harapan terlalu tinggi terhadap proses konseling. Bisa juga seseorang klien akan merasa kecewa dan berputus asa untuk mengikuti proses konseling karena terlalu memberi harapan yang tinggi.
Seseorang konselor perlu mengkaji latar belakang harapan klien,adakah harapan tersebut muncul dalam diri klien atau dari faktor luaran (harapan luar). Tanpa keterbukaan dan keterlibatan klien, proses konseling tidak mungkin terjadi diskusi yang mendalam mengenai harapan-harapan dan cita-cita klien.

3) Pengalaman dan Pendidikan Klien

Pengalaman dan pendidikan klien akan mudah untuk dirinya menggali dirinya sehingga persoalannya semakin jelas dan upaya pemecahannya makin terarah. Pengalaman yang dimaksudkan adalah pengalaman konseling, wawancara, berkomunikasi, berdiskusi dan sebagainya. Namun jika bertemu klien yang kecanduan bicara (senang untuk berbicara namun tidak ada keinginan untuk berubah), maka sebaiknya dielakkan.

Pengalaman dan pendidikan yang baik pada umumnya memudahkan proses konseling. Makin rendah taraf pendidikan dan kurangnya pengalaman berkomunikasi, makin sulit proses konseling dilakukan. Faktor keluarga dan sekolah yang baik akan membina anak yang begitu kondusif untuk kebebasan berpendapat dan berpikir kreatif.

B. Aneka Ragam Klien
Berbagai jenis atau ragam klien yang akan dihadapi konselor:
i) Klien Sukarela
Klien sukarela artinya klien yang hadir di ruang konseling atas kesadaran sendiri, berhubung ada maksud dan tujuannya. Mungkin ia ingin memperoleh informasi, menginginkan penjelasan tentang persoalan yang dihadapinya, tentang karir dan lanjutan studi, dan sebagainya.

ii) Klien terpaksa adalah klien yang kehadirannya di ruang konseling bukan atas kehendaknya sendiri. Dia datang atas dorongan orang tua, wali kelas, teman, dan sebagainya. Karakteristik klien terpaksa adalah bersifat tertutup, enggan berbicara, curiga terhadap konselor, kurang bersahabat dan menolak secara halus bantuan konselor.

iii) Klien Enggan

Salah satu bentuk klien enggan adalah yang banyak berbicara. Pada prinsipnya klien seperti ini enggan dibantu. Dia hanya senang untuk berbincang-bincang dengan konselor, tanpa ingin menyelesaikan masalahnya.
Upaya yang bisa dilakukan adalah menyadarkan kekeliruannya, memberi kesempatan adar dia dibimbing oleh orang lain.

iv) Klien Bermusuhan / Menentang
Klien terpaksa yang bermasalah cukup serius, bisa menjelma menjadi klien bermusuhan. Sifat-sifatnya adalah: tertutup, menentang, bermusuhan dan menolak secara terbuka.

Cara-cara efektif menghadapi klien seperti ini adalah
1. Ramah, bersahabat, dan empati
2. Toleransi terhadap perilaku klien yang nampak
3. Tingkatkan kesabaran
4. Memahami keinginan klien yaitu tidak sudi dibimbing.
5. Mengajak atau negosiasi

v) Klien Krisis
Yang dimaksudkan klien krisis adalah jika seseorang menghadapi musibah, seperti kematian, kebakaran rumah, diperkosa dan sebagainya yang dihadapkan kepada konselor untuk member bantuan agar si dia menjadi stabil dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang baru.
Tujuan untuk membantu yang mengalami kesedihan mendalam adalah:
- Agar klien dapat menerima kesedihannya secara wajar
- Agar klien dapat mengekspresikan segala kesedihannya
- Membentuk lagi lingkungan yang baru


C. Negosiasi Dalam Konseling

Untuk menghadapi klien terpaksa, dan enggan perlu diadakan negosiasi sebelum konseling.
Syarat-syarat untuk dapat melaksanakan negosiasi dengan baik adalah:
1) Kecerdasan dan wawasan yang luas
2) Keterampilan berbicara dan komunikasi yang menghargai
3) Bersikap ramah, murah senyuman, sopan, cermat, dan empati
4) Mempunyai informasi mengenai klien
5) Tidak membosankan, tidak memaksa, dan tidak mengecewakan orang lain.
Negosasi dalam konseling adalah dalam upaya untuk membujuk agar calon klien kita merasa aman, senang dan mau diajak bicara tentang dirinya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan