Ahad, 26 Disember 2010

Isu Bimbingan Konseling

ISU BIMBINGAN KONSELING
Dari: Ummu Hani dan Yasmiati

A. Pengertian Bimbingan Konseling

i) Pengertian Bimbingan:
Bimbingan adalah suatu proses membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagian pribadi dan kemanfaatan sosial.

ii) Pengertian Konseling:
- Konseling merupakan satu proses untuk membantu individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya dan untuk mencapai perkembangan yang optimal, kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.
- Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, atau dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Bimbingan dan konseling Islam adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada seseorang (individu) yang mengalami kesulitan rohaniah baik mental dan spiritual agar yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dari kekuatan iman dan ketakwaan kepada Allah SWT, atau dengan kata lain bimbingan dan konseling Islam ditujukan kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik kesuliatan lahiriah maupun batiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan masa datang agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam.
B. Isu Bimbingan Konseling
Isu: Masalah yang dikedepankan (untuk ditanggapi)

a) Bimbingan Konseling bertujuan untuk menjadikan seseorang itu:-

1) Jujur (Amanah) dan Siddiq

Sikap hidup yang amanah, rasa tanggung jawab karena hidup yang hanya sekali dan ingin mempertanggung jawabkan hidup ini baik sebagai anak, ayah, orang tua, anggota masyarakat, sikap amanah ini timbul dari dalam jiwa kita.

Sikap hidupnya yang siddiq, yaitu orang yang sangat menyukai kebenaran, sekuat tenaga hidupnya berusaha berbuat benar dan selalu ingin membuat orang menjadi benar, semangat didalam hati akan cinta terhadap kebenaran, istiqomah dalam kebenaran dan ingin orang juga memiliki sikap yang benar maka hal tersebutlah yang membuat orang menjadi bijaksana.


2) Cerdas
Menjadikan individu yang efektif dan tidak menerima saja apa yang di dapatkan tapi memikirkan mana yang terbaik untuk dirinya.

i. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.

ii. Mengenal dan memahami potensi dan peluang yang ada dalam lingkungannya.

iii. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut.

iv. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.

v. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan tempatnya bekerja dan masyarakat.

vi. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.

vii. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

viii. Selalu berupaya membangun, Orang yang cerdas tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat lumpuh tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki segalanya. Orang yang cerdas akan membangkitkan semangat orang yang lemah, menerangi sesuatu yang gelap. Jika melihat orang yang berdosa, maka ia akan bersemangat untuk mengajak orang tersebut untuk bertaubat. Orang yang cerdas ingin membuat orang maju dan sangat tidak menyukai kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi kebathilan. Semangat orang yang cerdas adalah semangat untuk maju tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi orang lain disekitarnya.

3) Peduli:
Menjadikan individu yang saling peduli terhadap lingkungan dan tidak individualistik.



4) Iman Dan Taqwa:
i. Tujuan BKI adalah membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Maka sudah tentu konselor membantu klien untuk menetapkan tujuan kehidupan agar menjadi muslim yang sempurna. Jika seluruh pikiran, kegiatan, dan perilaku hidup sesuai dengan petunjuk ajaran Islam secara menyeluruh, akibatnya hidup menjadi tenteram, tenang, dan bahagia.

ii. Konselor mmenginformasikan dan menuntun klien untuk memahami, meyakini iman ke dalam hati sanubarinya. Iman ini harus dipelihara bahkan dikembangkan sebab iman itu dapat brtambah dan berkurang. Iman yang kokoh dapat membawa seseorang taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

iii. Konselor menuntun dan membantu klien untuk memahami hakikat shalat dan pelaksanaanya, konselor mengajak shalat kliennya dengan khusuk. Shalat yang khusyuk dapat menjahui perbuatan mungkar termasuk maksiat.

5. Kasih Sayang:

Memiliki kasih sayang terhadap sesama, Rasa sayang yang ada diharapkan tetap berpijak pada rambu-rambu yang ada seperti ketegasan. Orang-orang yang bijak akan sayang terhadap sesama. Berbeda dengan orang-orang yang hidup penuh dengan kebencian, dimana kepuasan bathinnya adalah menghancurkan orang lain. Pemimpin sebaiknya memiliki kasih sayang yang berlimpah tidak hanya pada waktu kampanye saja. Kasih sayangnya juga tidak hanya untuk satu pihak atau kelompok melainkan merata untuk semua golongan.

6. Tidak egois:

Orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi bijak, karena bijak itu pada dasarnya ingin kemaslahatan bersama, orang yang egois biasanya hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Rasulullah selalu hidup dalam pengorbanan, begitu pula Indonesia dapat merdeka oleh orang-orang yang berjuang penuh pengorbanan. Orang yang bijak adalah orang yang mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.


Konseling bukanlah mempengaruhi tingkah laku melalui peringatan, teguran atau pemaksaan. Konseling juga bukanlah mempengaruhi sikap, kepercayaan atau tingkah laku dengan cara-cara menganjurkan, mengarahkan, atau meyakinkan tetapi konseling mempengaruhi perubahan tingkah laku secara sadar pada pi hak klien.

C. Manusia Seutuhnya

Menurut Maslow, ciri-ciri manusia yang ideal adalah:-
1) Memiliki orientasi yang realistik.

2) Menerima diri sendiri dan orang lain.

3) Bebas dan mandiri, yakin akan pertimbangan –pertimbangan diri sendiri dan tidak sekadar meniru orang lain.

4) Mampu menghargai orang lain.

5) Menyatukan diri ke dalam kegiatan sosial – kemanusian dan memiliki perhatian yang besar terhadap kesejahteraan orang lain.

6) Mengamalkan nilai-nilai demokratis.

7) Kreatif

8) Lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan secara nyata.


D. Pribadi Sehat dan Tidak Sehat

Berdasarkan konsep konseling bahwa pribadi sehat adalah pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sosial. Al Qur’an di samping menerangkan pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sosial, juga menerangkan pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah Swt.

a. Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri
Menurut konsep konseling, seperti dikemukakan dalam Psikoanalisis, Eksistensial, Terapi Terpusat pada Pribadi dan Rasional Emotif Terapi. Pribadi yang mampu megngatur diri dalam hubungannya terhadap diri sendiri memiliki ciri-ciri kepribadian pokok: (1) ego berfungsi penuh, serta serasinya fungsi id, ego dan superego, (2) bebas dari kecemasan, (3) keterbukaan terhadap pengalaman, (4) percaya diri, (5) sumber evaluasi internal, (6) kongruensi, (7) menerima pengalaman dengan bertanggung jawab, (8) kesadaran yang meningkat untuk tumbuh secara berlanjut, (9) tidak terbelenggu oleh ide tidak rasional (tuntutan kemutlakan), dan (10) menerima diri sendiri.




b. Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Orang Lain
Menurut konsep konseling seperti dikemukakan dalam Terapi Adler, Behavioral, Transaksional, dan Terapi Realita, bahwa pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya terhadap orang lain memiliki ciri-ciri kepribadian pokok: (1) mau berkarya dan menyumbang, serta mau memberi dan menerima, (2) memandang baik diri sendiri dan orang lain (I ‘m Ok you are Ok ), (3) signifikan dan berharga bagi orang lain, dan (4) memenuhi kebutuhan sendiri tanpa harus mengganggu atau mengorbankan orang lain.

c. Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Lingkungan
Menurut konsep konseling seperti yang dikemukakan dalam teorinya Adler dan Behavioral. Pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan lingkungan adalah pribadi yang mampu berinteraksi dengan lingkungannya dan dapat menciptakan atau mengolah lingkungannya secara baik.

d. Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Allah Swt.
Konsep konseling tidak ada menerangkan hal ini. Al Qur’an merangkan bahwa pribadi yang mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah Swt. antara lain adalah pribadi yang selalu meningkatkan keimanannya yang dibuktikan dengan melaksanakan ibadah dengan benar dan ikhlas, menjalankan muamalah dengan benar dan dengan niat yang ikhlas .

3. Pribadi Tidak Sehat

Berdasarkan konsep konseling, pribadi tidak sehat adalah pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Ayat-ayat Al Qur’an di samping menerangkan tentang pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, juga menerangkan pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah Swt.

a. Tidak Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Diri Sendiri
Menurut konsep konseling seperti yang dikemukakan dalam pendekatan Psikoanalisis, Eksistensial, Terapi Terpusat pada Pribadi dan Rasional Emotif Terapi, bahwa pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan diri sendiri memiliki ciri kepribadian pokok: (1) ego tidak berfungsi penuh serta tidak serasinya antara id, ego, dan superego, (2) dikuasai kecemasan, (3) tertutup (tidak terbuka terhadap pengalaman), (4) rendah diri dan putus asa, (5) sumber evaluasi eksternal, (6) inkongruen, (7) tidak mengakui pengalaman dengan tidak bertanggung jawab, (8) kurangnya kesadaran diri, (9) terbelenggu ide tidak rasional, (10) menolak diri sendiri.

b. Tidak Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Orang Lain
Menurut konsep konseling seperti yang dikemukakan dalam Terapi Adler, Terapi Behavioral, Transaksional, dan Terapi realita, bahwa pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan orang lain memiliki ciri-ciri kepribadian pokok: (1) egois dan tidak mau menyumbang dan lebih suka menerima, (2) memandang diri sendiri benar sedang orang lain tidak (jelek), (3) tidak konstruktif, dan (4) memenuhi kebutuhan sendiri dengan tidak peduli (merampas) hak orang lain.

c. Tidak Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Lingkungan
Menurut konsep konseling seperti dikemukakan dalam Terapi Adeler dan Terapi Behavioral, bahwa pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan lingkungan adalah pribadi yang tidak mampu berinteraksi dan mengelola lingkungannya secara baik, sehingga bisa melakukan hal-hal yang membuat lingkungan menjadi rusak.


d. Tidak Mampu Mengatur Diri dalam Hubungannya dengan Allah Swt.
Konsep konseling tidak ada menerangkan hal ini. Menurut Al Qur’an, pribadi yang tidak mampu mengatur diri dalam hubungannya dengan Allah antara lain adalah pribadi yang kufur dan syirik. Pribadi kufur adalah pribadi yang tidak beriman dan enggan menjalankan syari’at Allah (hukum-hukum Allah), termasuk juga sebagai kufur orang yang dengan sengaja tidak mau menjalankan ibadah kepada Allah Swt., dan tidak menerima dengan syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah (kufur nikmat). Dalam melakukan muamalah orang yang memiliki kepribadian kufur cenderung berlaku zhalim, mementingkan diri sendiri tanpa memperhatikan hak orang lain.

Kesimpulannya adalah karakteristik manusia yang menjadi tujuan bimbingan Islam adalah manusia yang mempunyai hubungan yang baik dengan Allah , dan hubungan baik dengan sesama manusia dan lingkungan.

Apabila manusia terputus hubungan baik dengan Allah, sesama manusia dan lingkungan. Manusia akan terumbang- ambing dalam kesendiriannya, ia bisa mengalami stres dan kehilangan kepercayaan dirinya. Pada saat demikian diperlukan bimbingan dan konseling islami yang berfungsi untuk mengatasi berbagai penyimpangan dalam perkembangan fitrah beragama tersebut. Sehingga individu tersebut kembali menemukan kesadaran akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang berfungsi untuk mengabdi kepada-Nya, dan agar mereka kembali menjalani kehidupan beragama dengan baik.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan