Jumaat, 15 Oktober 2010

Adjustment VS Maladjustment

Tugas Kesehatan Mental ( Maladjustment )
Lokasi : Pekanbaru-Panam. Jln Merpati Sakti gg. Kenari ( 17 : 15 WIB )

Tidak sengaja aku lewat didepan rumahnya, hanya kebetulan lewat saja didepan kostnya karena kost aku dengan dia tidak begitu berjauhan, lalu aku mampir karena sudah mngenalnya. Katakanlah namanya suci, suci aku kenal lebih kurang setahun yang lalu, suci adalah seorang mahasiswi disalah satu universitas yang cukup terkenal di pekanbaru-Riau, dia tinggal di jalan merpati sakti gg kenari khususnya di tempat kost-kost¬_an cewek, suci sekarang sudah semester VII kalau untuk faktor umur dia sudah bisa dikatakan dewasa, yang sudah bisa mengendalikan diri, beradaptasi dengan lingkungan maupun dengan orang lain, yang sudah bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk.
Suci mempunyai 5 orang bersaudara, dua orang laki-laki dan tiga lagi perempuan, kakaknya yang pertama sudah menikah, dan kakak yang kedua hany tamat SMA dan sekarangpun tidak mempunyai pekerjaan tetap kemudian kedua adiknya masih duduk di bangku SD, Ayahnya sudah berumur sekitar 58 tahun, sedangkan umur ibunya sekitar 55 tahun, ayahnya seorang kuli bangunan dikampungnya, sedangkan ibu dia hanya seorang ibu rumah tangga biasa, sehari-hari pekerjaannya hanya mengurusi adik-adiknya yang masih duduk di bangku SD.
Aku memanggilnya dengan “ kak suci “ karena umurnya lebih tua dari pada aku walaupun kalau dilihat dari postur tubuh sich…. lebih besar sedikit dari pada aku tapi kak suci punya masalah dengan mengatur atau mengontrol keuangan yang dikirim setiap minggu oleh orang tuanya bahkan sekali-kali dia berani untuk berbohong dengan orang tuanya untuk mintak uang dengan alasan untuk bikin tugas dan beli buku, padahal itu hanya alasan saja, oaring tuanya percaya bahwa uang yang dikirim bena-benar digunakan untuk keperluan kuliah padahal hanya untuk sekedar boros-borosan, kalau dipikir-pikir dengan umurnya yang sekarang dia seharusnya bisa lebih menghargai dan membelanjakan uang untuk kebutuhan seharusnya dia lebih paham kalau mencari duit itu tidak gampang, apakah tidak dia pikirkan nantinya dia akan menjadi bendahara keluarga, tapi dengan kenyataan sekarang dia tidak bisa mengontorl keuangannya sendiri kalau dihitung-hitung dia bisa menghabiskan uang yang dikasih orang tuanya untuk seminggu hanya dalam dua hari, yang dia belipun tidak karuan dan yang lebih parahnya lagi uang yang dikasih untuk membayar ujian munaqosah habis dia belanjakan. Dan sekarang ini pusing untuk mencari uang untuk daftar ujian lagi sementara waktu sudah mepet sekali, ketika uang sudah habis dibelanjakan baru sadar kalau uangnya habis tidak menentu tapi setelah duit ada lagi dia sudah lupa akan itu, sungguh sangat kasihan……… apakah dia tidak memkirkan orang tuanya yang udah tidak memungkinkan lagi untuk bekerja yang berat-berat dan masih untung masih ada kaka-kakaknya yang membantu untuk keperluan kuliahnya.
Dan yang sangat disesalkan lagi kenapa orang tuanya bisa percaya begitu saja,,, bahkan dia bisa mengelabuhi boy friendnya dengan perkataannya yang sangat meyakinkan mintak beli inilah beli itu lah dan sesekali berani untuk mintak uang hanya sekedar untuk beli baju, rok dan lain-lainnya, intinya dia bisa berbohong degan mengandalkan wajah polosnya, na’uzubillah………….sungguh berbohong itu adalah salah satu dosa besar apa lagi membohongi orang tua sangat tidak ada ampunya…
Ini adalah suatu fenomena yang nyata didepan mata kita, dekat dengan lingkungan sekeliling kita, mungkin di luar sana masih banyak mahasiswa/I yang berani membohongi orang tuanya. Ingatlah kawan-kawan menbohongi orang tua itu hidup kita tidakakan selamat dunia dan akhirat, sebelum terlanjur, mari sama-sama kita saling inropeksi diri.









Oleh : Darmawita
Jurusan BPI semester III
Di Kutip dari kisah nyata
Tugas Kesehatan Mental ( Adjustment )
Lokasi : Pekanbaru-Panam. Jln Merpati Sakti gg. Kenari ( 20 : 20 WIB )

Aku adalah seorang mahasiswi disebuah universitas yang cukup terkenal di Pekanbaru, Aku tiggal disini kost dengan teman-teman aku yang sama-sama masih kuliah dengan jurusan yang berbeda-beda walaupun ada sekitar dua orang yang sudah bekerja dalam artian tidak kuliah lagi ( sudah selesai kuliah dan tidak menyambung lagi ). Di kost aku itu ada sekitar 10 kamar,. Tepat di depan kamar ku itu ada seorang mahasiswi, aku mengenalnya lebih kurang delapan bulan yang lalu…
Sebut saja namanya suri. “ kak suri “ itulah panggilan sehari-hari ku karena umur dia lebih tua dari pada aku, sekarang ini dia sudah semester VII di jurusan AKUTANSI, kak suri berasal dari sebuah desa yang jauh dari hiruk pikuk ibu kota, kak suri adalah sulung dari 4 bersaudara, dua di antara duduk di bangku SD dan yang paling kecil masih TK. Kedua orang tuanya hanya petani biasa yang penghasilan tidak menentu setiap bulannya kadang cukup kadang kurang, tapi dia bisa bersyukur bahwa apapun hasil kerja dari orang tuanya itu adalah rezeki yang di kasih oleh allah SWT dan patut untuk di syukuri.
Dengan kehidupannya yang sekarang ini dia punya cita-cita yang besar untuk merobah hidupnya dan orang tuanya, dengan cara rajin belajar, baca buku dan lain-lainya, walaupun terkadang kak suri kekampus harus berjalan kaki, dia bisa membagi waktu kapan untuk belajar dan kapan waktu untuk bermain atau sekedar istirahat, dia tidak memandang kepada teman-teman sekelilingnya yang setiap minggu beli baju atau setiap bulan, terkadang dia ingin seperti teman- temannya tapi dengan kondisi dia yang hidup pas-pasan itu tidak mungkin, dia belajar bersabar untuk memenuhi keinginan-keinginannya bahwa dia yakin suatu saat dia akan bisa memperoleh apa yang dia inginkan dan yang terpenting untuk sekarang adalah belajar dan bagai mana caranya untuk sukses,
Walaupun dia hidup dengan uang pas-pasan tapi dia masih bisa menabungkan sedikit uangnya itu, dia tidak pernah merasa malu dengan hidupnya yang seperti ini walupun kehidupan orang-orang di sekitar dia melebihi belanjanya..

Ini adalah contoh sedikit dari kehidupan nyata, bahwa dunia ini tidak semanis yang kita rasakan, ternyata di luar sana masih banyak orang yang lebih susah dari hidup kita. Jadi para pembaca yang budiman kita patut bersyukur dengan kehidupan kita yang sekarang.























Oleh : Darmawita
Jurusan BPI Semester III
Di Kutip dari Kisah Nyata

Tiada ulasan:

Catat Ulasan