A. Pemahaman Tangtang Manusia
Manusia disebut juga makhluk berfikir, dalam posisinya yang demikia, maka didalam usahanya menyesuiakan diri dengan perubahan-perubahan yang terdapat dialam semesta ini. Manusia harus menggunakan segala akal dan fikiran yang ada padanya.
Dalam proses befikir itu, otak manusia menerima rangsangan dari luar dan berlangsung secara berulang-ulang masuknya rangsangan eksternal yang berkelanjutan ini akhirnya menyebabkan terjadinya penambahan di dalam alat-alat tubuh yang dirangsang. Pertumbuhan yang terjadi pada otak khususnya dan urat syaraf pada umunya tunduk pada hukum kebutuhan. Perangsang yang berlangsung terusmenerus itu membutuhkan adanya alat penerima setiap kecakapan yang kita terima melalui pendidikan, pelajaran, dan latihan adalah juga merupakan akibat dari adanya rangsangan yang berulang-ulang, yakni ulangan dari pelajaran yang membutuhkan penjelmaan didalam otak berupaah pertumbuhan sel-sel otak baru.
Intelektualitas manusia tumbuh karena pengalaman, yang berlangsung bersamaan dengan munculnya berrbagai rintangan dan kendala hidup yang membutuhkan pemecahan.
Sehubungan dengan ini, kemajuan intelektualitas ini adalah bersifat primer sedangkan perubahan bentuk adalah bersifat sekunder, evoluasi baatiniah mendahului evolusi lahiriah.
Memang tidak dapat disangkal bahwa manusia zaman sekarang ini sedang dilonfrontasikan dengan berbagai bahaya yang nyaris tiada tara, baik yang mengancam pribadi merekaa maupun yang mengancam hak-hak asasi mereka masing-masing.
B. Prinsip-Prinsip Hereditas
Hereditas ialah proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri dari satu generasi kegenerasi lain dengan perantaraan plasma benih. Pada umumnya ini berarti, bahwa strukturlah, dan bukan bentuk-bentuk tingkaah laku yang diturunkan. Defenisi ini mengandung prinsip hereditas yang pertama ialah bahwa hereditas berlangsung dengan perantaraan sel-sel benih dan tidak melalui sel-sel somatis atau sel-sel badan.
Prinsip kedua adalah: bahwa jenis menghasilkan jenis, atau setiap golongan menurunkan golongan sendiri, ini adalah prinsip konformitet. Prinsip ini tidak berarti , bahwa setiap anak merupakan duplikat yang tepat dari orang tuanya, tetapi bahwa anak merupakan golongan yang serupda dari golongan orang tuanya. Dalam kebanyakan hal diantara para manusia terdapat persamaan-persamaan yang besar, selama seorang manusia masih dapat dikatakan manusia tidak akan ia sangat berbeda dari manusia-manusia lain.
Prinsip ketiga adalah: bahwa sel-sel benih mengandung terminant-determinant yang banyak jumlah yang pada waktu menyerbukan ouvun saling berkombinasi dalam cara yang berbeda-beda yang menghasilkan anak-anak yang saling berbeda. Prinsip variasi ini tidak bertentangan dengan prinsip yang telah disebutkan lebih dahulu.’ Tidak ada dua orang yang tepat sama, namun semua oraang mengandung persamaan fundamental, ialah: bahwa seluruh manusia memilik ciri-ciri umum yang sama dan pola-pola umum tentang perlengkapan biologis yang sama.
Prinsip keempat adalah bahwa setiap atau ciri manusia anak memperlihatkan kecondongan menuju keadaan rata-rata prinsip regressi filial ini yang dirumuskan oleh sir francis galton, berarti, bahwa anak orang tua yang sangat ceradas biasanya condong untuk menjadi anak yang kurang cerdas dari pada orang tuanya.
C. Pandangan Tentang Manusia Sebagai Paham Dasar Pada Psikoterapi
Manusia pada hakikatnya bisa dan mungkin untuk dipengaruhi dan diubah melalui intervensi psikologi yang dilakukan atau direncanakan oleh orang lain. Hal ini seiring dengaan pandangan dan konsepsi tentang manusia dari masing-masing ahli yang didasari oleh orientasi pemikiran dan falsafat yang dianutnya.
Kelompok psikoabnalisis memandang manusia sebagai “homo volens” dengan berbagai dorongan dan keinginan sigmund freud dengan “primitive drives” – nya: Al fred Adler dengan “will to power” – nya: dan masih banyak yang lainnya.
Paham dasar dan pandangan terhadap manusia dari sudut psikoanalisis dan pendekatan psikodinamik, dirumuskan oleh ivey, et al (1987) sebagaiberikut: Bahwa pada manusia ada paham “determin: stik”, bahwa manusia dikemudikan oleh hal-hal yang tidak disadari dari sesuatu yang sudah lewat corey (1991) merumuskan paham dasar tentang konsepsi manusia dari sudut pandang psikoanalisis sebagai: Manusia pada hakikatnya ditentukan oleh kekuatan psikis dan pengalaman terdahulu. Dorongan yang tidak didasari an konflik-konflik yang ada adalah sesuatu yang penting pada keadaan prilaku sekarang. Manusia dari sudut pendekatan rogerian adalah: pandangannya terhadap manusia adalah positif: manusia memiliki kecenderungan untuk bisa berfungsi penuh.
Nama : Ida Rusma Herawati
Nim : 10942006733
Jurusan : BPI
Semester : III
Mata Kuliah : Bimbingan dan Konseling
Tiada ulasan:
Catat Ulasan