Sabtu, 30 Oktober 2010

Konsep Manusia Dalam Kaitan Bimbingan Dan Konseling

Mata Kuliah : Bimbingan Dan Konseling Islam 1
KONSEP MANUSIA DALAM KAITAN BIMBINGAN DAN KONSELING
By : UMMU HANI / BPI / SEM 7



Konsep Manusia
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling berharga. Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu di bumi? Dan bagaimanakah manusia melaksanakan ibadah-ibadah tersebut? Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai kesenangan dunia dan ketenangan akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang menjelaskan mengenai tiga pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah Al-Baqarah ayat 30:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Keindahan manusia itu berpangkal pada diri manusia itu sendiri. Diri manusia sangat indah mau fisiknya , dasar-dasar mental dan kemampuan. Segenap pancaindera yang melekat pada diri manusia mempunyai makna yang jauh melebihi apa yang dimiliki oleh binatang. Selain aspek fisik, manusia juga mempunyai fungsi mental yang mempunyai berbagai kemampuannya seperti berfikir, mencipta, berkeyakinan, berintropeksi dan lain sebagainya. Tentu saja aspek fisik tidak dapat dipisahkan dari aspek mentalnya. Keduanya mesti perlu ada kesatuan untuk membentuk diri manusia yang hidup dan berkembang.

Dari kajian antropologi kita mengetahui bahwa kelompok-kelompok manusia yang paling primitif pun telah berusaha memanfaatkan lingkungan binatang dan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan manusia pada ketika itu. Kebudayaan manusia terus berkembang tanpa henti. Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju. Yang dahulunya zaman batu berubah menjadi zaman besi yang lebih canggih. Zaman maju pula kemudian diusul oleh zaman atom dan nuklir sebagaimana sekarang. Hakikat manusia sebagai makhluk paling indah dan paling tinggi derajatnya mendorong manusia untuk terus maju dan berkembang tanpa henti dari zaman ke zaman.
Disamping kemajuan dan perkembangan manusia itu terdapat juga perang dan persengketaan antar kelompok manusia bahkan sering terjadi yang membawa malapetaka dan kesengsaraan bagi kelompok-kelompok manusia yang bersangkutan. Hal ini terjadi karena keluasan fungsi-fungsi mental-fisik kelompok manusia sehingga memangkas hakikat manusia itu yaitu kesenangan dan kebahagiaan.persengketaan ini kadangkala menjadi peristiwa tragis dan kejam. Keberadaan manusia dengan predikat paling indah dan derajat paling tinggi itu tidak selamanya membawa manusia menjalani kehidupannya dengan kesenangan dan kebahagiaan. Karena manusia sudah dikurniakan kemampuan dengan derajat yang paling tinggi itu maka kesenangan dan kebahagian atau malapetaka kesengseraan berada di tangan manusia itu sendiri.

Dimensi – dimensi Kemanusiaan.

Keberadaan dan kehidupan manusia, baik perorangan maupun kelompok, tampak gejala – gejala mendasar sebagai berikut:

Pertama, antara orang satu dengan orang-orang lainnya terdapat berbagai perbedaan yang kadang-kadang bahkan sangat besar serta terdapat juga persamaan antara sesam manusia. Namun demikian, perbedaan yang terdapat di antara setiap orang sangat banyak dan tak terhitung. Bukan saja perbedaan dari segi fisik saja tapi juga dari segi mental.


Kedua, semua orang memerlukan orang lain. Tiada seorang pun memperoleh kehidupan yang menyenangkan dan membahagiakan apabila orang tidak pernah berperanan terhadapnya. Seorang bayi yang lahir di dunia memerlukan orang lain untuk terus berkembang. Hampir setiap kegiatan manusia memerlukan manusia lain untuk memenuhi sesuatu kebutuhan hidup.

Ketiga, manusia tidak bersifat acak atau sebarangan, tetapi mengikut aturan-aturan tertentu. Hampir semua kegiatan manusia, baik perseorangan maupun kelompok, mengikut aturan tertentu. Seluruh aturan yang ditetapkan pada dasarnya ditujukan demi tercapainya kesenangan dan kebahagiaan manusia, baik secara perseorangan maupun kelompok dalam arti yang seluas-luasnya.

Keempat, juga dari sudut tinjauan agama, kehidupan tidak semata-mata kehidupan di dunia fana, melainkan juga menjangkau kehidupan di akhirat. Semakin disadari keterkaitan Sang Pencipta, Tuhan Yang Esa. Kesadaran tersebut pada gilirannya mewarnai perikehidupan manuusia, baik secara perseorangan maupun kelompok.


Keempat gejala mendasar yang diuraikan tersebut merupakan dimensi kemanusiaan. Dimensi di sini dimaksudkan sebagai sesuatu yang secara hakiki ada pada manusia di suatu segi, dan di segi lain sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan. Dalam kaitan itu, masing-masing gejala mendasar tersebut dapat dirumuskan sebagai dimensi keindividualan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan, dan dimensi keberagamaan.
Kaitan Bimbingan Konseling Pada Manusia.

Manusia dituntut untuk mampu memperkembangkan dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat, dan untuk itu memang manusia telah diperlengkapi dengan berbagai potensi, baik potensi yang berkenaan dengan keindahan dan ketinggian derajat kemanusiaanya maupun berkenaan dengan keempat dimensi kemanusiaannya itu yang memungkinkannya untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut.


Pengembangan kemanusiaan seutuhnya hendaknya mencapai pribadi-pribadi yang kediriannya matang, dengan kemampuan sosial yang menyejukkan, kesusialaan yang tinggi, dan keimanan serta ketakwaan yang dalam. Tetapi kenyataannya manusia banyak mempunyai pribadi yang kurang berkembang dan rapuh, kesosialan yang lemah, kesusilaan yang rendah, serta keimanan yang dangkal.

Potensi yang ada dalam diri individu tidak berkembang secara optimal; mereka berbakat tetapi tidak mengembangkan bakatnya, mereka yang bekecerdasan tinggi kurang mendapat rangsangan apatah lagi yang kurang berbakat dan bekecerdasan rendah lebih tersia-sia lagi perkembangannya. Banyak lagi masalah- masalah yang timbul dalam masyarakat akibat kurang bekembangnya dimensi kesosialan dan kesusilaan serta kurang mantapnya pengembangan dimensi keberagamaan.

Semakin deransnya perubahan social yang terjadi dan makin kompleksnya keadaan masyarakat akan meningkatkan derajat rasa tidak aman bagi para remaja dan pemuda. Dalam kaitan ini dirasakan sekolah terlebih –lebih lagi menanggung akibat dari berbagai perubahan besar tersebut. Begitu juga dengan era globalisasi dan informasi akan lebih deras lagi menggoncang masyarakat dan sekolah, kampus dan tatanan kehidupan dari segenap segi.

Diseluruh Negara khusunya Indonesia, upaya pembangunan pendidikan dengan sasaran pemerataan pendidikan sudah berjalan dengan sukses. Namun ada kekhawatiran bahwa upaya kuantitas yang dipacu dengan demikian pesat justru akan mengorbankan kualitas. Gambaran tersebut memperlihatkan sekolah-sekolah kita masih menderita berbagai kekurangan, khususnya yang menyangkut permasalahan siswa. Oleh karena itu sekolah dengan sekuat tenaga perlu menciptakan suasana pengajaran dan suasana kelas yang menyejukkan, bersemangat, luwes dan subur. Isi pengajaran dalam arti yang luas itu secara langsung mengait materi-materi yang relevan dengan keempat dimensi dan pengembangan manusia seutuhnya itu.

Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Adapun misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenapkegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan ke sana. Di sinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di samping kegiatan pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas, bimbingan dan konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka, yang meliputi keempat dimensi kemanusiaanya dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya.

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan ruang lingkupnya jelas. Lebih jauh, mengingatkan bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja, pemuda dan manusia sebagian besar berada di luar sekolah. Maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjagkau daerah-daerah yang lebih luas di luar sekolah. Anak-anak, para remaja, dan pemuda bahkan orang-orang dewasa di dalam keluarga, di lembaga-lembaga kerja, dan di dalam organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan pada umumnya menghadapi kemungkinan-kemungkinan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan dan perkembangannya. Hal itu semua memberikan peluang bagi diselenggarakannya pealayan bimbingan dan konseling kepada mereka yang berada di luar lingkungan sekolah, di masyarakat luas pada umumnya.


Kesimpulan

Hakikat kemanusiaan dapat ditinjau dari ekeempat dimensi kemanusiaannya, yaitu dimensi keindividualan (individualitas), kesosialan (sosialitas), kesusilaan (moralitas), dan keberagamaan (religiusitas). Tinjauan dari kedua sisi itu akan memperlihatkan betapa manusia amat berpotensi untuk menpergembangkan dirinya, untuk menguasai alam, dan untuk mengembangakn budaya setinggi-tingginya demi kebahagiaan hidupnya di dunia dan di akhirat. Manusia yang utuh, baik menurut pandangan agama, psikologi, maupun sosial-budaya, pada dasarnya adalah mereka yang telah berjaya.

Manusia yang telah berkembang seutuhnya itu diyakini akan mampu menghadapi setiap tantangan dan perubahan yang berkembang di masyarakat sekitarnya. Lebih jauh manusia yang seutuhnya itu diharapkan secara dinamis akan mampu berperanan dalam menjawab tantangan dan perubahan itu, sehingga bukan saja dampak negatif tantangan dan perubahan itu dapat direndam, tetapi juga dapat mencarikan jawaban-jawaban baru yang berdampak positif bagi perkembangan diri dan masyarakat selanjutnya.

Pendidikan yang pada dasarnya mengupayakan pengembangan manusia seutuhnya serta tidak terhindar dari berbagai sumber rintangan dan kegagalan tersebut perlu diselenggarakan secara luas dan mendalam mencakup segenap segi kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Pengajaran di kelas-kelas saja ternyata tidak cukup memadai untuk menjawab tuntutan penyelengaraan pendidikan yang luas dan mendalam itu. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan unsur yang perlu dipadukan ke dalam upaya pendidikan secara menyeluruh, baik di sekolah, maupun di luar sekolah.

1 ulasan: