Jumaat, 8 Oktober 2010

KESEHATAN MENTAL : HYGIENE MENTAL

KESEHATAN MENTAL

YULMI WIDAYANTI & DESNI SAPUTRA

Kegiatan atau tigkah laku individu pada hakikatnya merupakan cara pemenuhan kebutuhan. Banyak cara yang dapat ditempum maupun individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik cara-cara yang wajar maupun yang tidak wajar, cara yang disadari maupun yang tidak di sadari. Yang penting untuk dapat memenuhi kebutuhan ini, invidu harus dapat menyesuaikan antar kebutuhan dengan segala kemugkinan yang ada dalam lingkungan, disebut sebagai proses penyesuaian diri. Individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan baik lingkungan sekolah, rumah maupun masyarakat.
Proses penyesuaian diri ini menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu sendiri. Jika individu dapat berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menibulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya.
a. Penyesuaian Normal
schneiders (1964: 51) berpendapat bahwa penyesuaian adalah proses yang melibatkan respon-respon mental dan perbuatan individu dalani upaya untuk memenuhi kebutuhan, dan mengatasi ketegangan, frustrasi dan konflik secara sukses, serta menghasilkan hubungan yang harmonis antara kebutuhan dirinya dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup.
ciri-ciri orang yang well adjusted yaitu " yang mampu merespon (kebutuhan, dan masalah) secara matang, efisien, puas, dan sehat (wholesome)."Yang dimaksud efisien adalah basil yang diperolehnya tidak banyak membunag energi,waktu atau kekehruan. Sementara wholesome adalah respon individu itu sesuai dengan hakikat kemanusiaannya, hubungan dengan yang lain, dan hubungannya dengan Tuhan.
Orang yang memiliki sikap iri hati, hasud, cemburu, datau permusuhan, merupakan respon yang " unwholesome" ( tidak sehat), sedangkan sikap persahabatan , toleransi, dan memberi pertolongan merupakan respon yang "wholesome "
Berdasarkan pengertian di atas, maka seseorang itu dapat dikatakan memiliki penyesuaian diri yang normal, yang baik (well adjusted) apabila dia mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalahnya secara wajar, tidak merugikan diri sendiri dan lingkungannya, serta sesuai dengan norma agaama.
b. Penyesuaian penyimpangan
Penyesuaian diri yang menyimpang atau tidak normal merupakan proses pemenuhan kebutuhan atau upaya pemecahan masalah dengan cara-cara yang tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Dapat juga diaktakan bahwa penyesuaian yang menyimpang ini adalah sebagai tingkah laku abnormal (abnormal behavior), terutama terkait dengan kriteria sosiopsikologis dan agama.
1. Reaksi Bertahan
Mekanisme pertahanan dapat diartikan sebagai respon yang tidak disadari yang berkembang dalam kepribadian individu dan menjadi menetap. sebab dapat mereduksi ketegangan dan frustasi dan dapat memuaskan tuntutan-tuntutan penyesuaian diri.
Mekanisme pertahanan diri ini muncul dilatarbelakangi oleh dasar-dasar psikologi, sperti, inferiority, inadenquancy, failure, dan guilt,. Masing-masing dasar-dasar psikologi itu akan dibahas dalam uraian berikut :
a) Perasaan Rendah Diri
Diartikan sebagai,perasaart atau sikap yang pada umumnya tidak disadari yang berasal darl kekurangan diri, baik secara nvata maupun maya (imajinasi). Inferioritas ini menimbulkan gejala-gejala sikap dan perilaku berikut.
1) Peka (merasa tidak senang) terhadap kritikan orang lain.
2) Sangat senang terhadap pujian atau pengharga.m.
3) Senang mengkritik atau mencela orang lain.
4) Kurang senang untuk berkompetisi.
5) Cenderung senang menyendiri, pemalu, dan penakut.
b) Perasaan tidak Mampu
"Inadequasi" merupakan ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi tuntutan-tuntutan dari lingkungan. Contoh: Ibu rumah tangga merasa tidak mampu mengelola urusan keluarga.
c) Perasaan Gagal
Perasaan ini sangat dekat hubungannya dengan perasaan "inadequacy", karena jika seseorang sudah merasa bahwa dirinya tidak mampu, maka dia cenderung mengalami kegagalan untuk melakukan sesuatu atau mengatasi masalah yang dihadapinya.
d) Perasaan Bersalah
Perasaan bersalah ini muncul setelah seseorang melakukan perbuatan yang melanggar aturan moral, atau sesuatu yang dianggap berdosa.
Mekanisme pertahanan diri ini memiliki beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut.
1. Kompensasi
Kompensasi diartikan sebagai usaha-usaha psikis yang biasanya tidak disadari untuk menutupi keterbatasan atau kelemahan diri dengan cara mengembankan respon-respon yang dapat mengurangi ketegangan dan frustrasi sehingga dapat meningkatkan penyusuaian individu.
2. Sublismasi
Sublimasi adalah pengerahan enerji-enerji drive atau motif secara tidak sadar ke dalam kegiatan-kegiatan yang dapat diterima secara sosial maupun moral
Sublimasi ini bertujuan untuk mereduksi ketegangan, frustasi, konflik, dan memelihara integritas, ( keutuhan) ego.
3. Rasionalisasi
Rasionalisasi dapat diartikan sebagai upaya mereka reka alasan untuk menutupi suasana emosional yang tidak nyaman, tidak dapat diterima, atau merusak keutuhan pribadi (ego) atau status.



4. Sour Grape (Anggur Alasani)
Istilah ini berasal dari suatu cerita, yaitu: ada seekor rubah yang sangat menyenangi buah anggur, tetapi dia gagal meraih buah anggur tersebut. Pada saat itu dia berbicara dalam dirinya, buah anggur itu sangat masam rasanya.
Sikap sour grape" ini merupakan indikasi ketikda mampaun, dan kelemahan kepribadian, karena mendistori kenyataan. Oleh karena itu sikap ini merupakan penyesuaian diri yang tidak normal.
5. Egosentrisme dan Superioritas
Egosentrisme dan Superioritas merupakan sikap-sikap yang dipandang efektif untuk melindungi dampak-dampak buruk dari parasaan inferioritas dan perasaan gagal dalam mencapai sesuatu yang disenangi
6. Introjeksi dan ldenfifik si
Kedua mekanisme pertahanan diri ini Sama-sama berusaha untuk memelihara atau melindungi ego dari kelemahannya. Introjekst merupakan mekanisme dengan cara individu berusalm mengasimilasi kualitas-kualitas yang diingini atau disenangi dari orang lain atau kelompok.
7. Proyeksi dan Sikap Mencela (Blaming).
Berbeda dengan introjeksi, proyeksi mcrupakan "mekanisme" pertahanan diri dimana individu melepas dirinya sendiri dari kualitas atau keadaan yang tidak diinginkan dengan mengkambing hitamkan orang lain atau sesuatu sebagai penyebabnya
8. Represi
Represi merupakan proses penekanan pengalaman, dorongan, keinginan, atau pikiran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dan sosial ke alam tak sadar, karena hal itu mengancam keamanan egonya
2) Reaksi menyerang
Agresi dapat diartikan sebagai sebuah bentuk respon untuk mereduksi ketagangan dan frustrasi melalui media tingkah laku yang merusak, berkuasa, atau mendonimasi.
Berbeda dengan mekanisme penyesuaian diri yang lainnya, reaksi agresi tidak berkontribusi bagi kesejahteraan rohaniah individu atau penyelesaian masalah yang dibadapinya. Contoh yang verbal: berkata kasar, bertengkar, panggilan nama yang jelek, jawaban yang kasar
3) Reaksi Melarikan Diri dari Kenyataan
Reaksi "escape" dan "withdrawal" merupakan perlawanan pertahan¬an diri individu terhadap tuntutan, desakan, atau ancaman dari lingkungan dimana dia hidup.
"Escape" merefleksikan perasaan jenuh, atau putus asa, semetara "withdrawal" mengindikasikan kecemasan, atau ketakutan. Bentuk-bentuk reaksi "escape" dan "withdrawal" ini diantara¬nya: (a) berfantasi - melamun, (b) banyak tidur, atau tidur yang patologis: narcolepcy, yaitu kebiasaan tidur yang tak terkontrol, (c) meminun-minuman keras, (d) bunuh diri, (e) menjadi pecandu ganja, narkotika, shabu-shabu atau ecstacy, dan (f) regresi.

4) Penyestiaian yang Patologis
Penyesuaian yang patologis ini berarti bahwa individu yang mengalaminya perlu mendapat perawatan khusus, dan bersifat klinis, bahkan perlu perawatan di rumah sakit (hospitalized). Yang termasuk penyesuaian yang patologis ini adalah "neurosis" dan "psikosis.
Gejala-gejala tingkah laku salah suai tersebut seringkali menimbulkan berbagai masalah. Hal tersebut tentu Baja tidak dapat dibiarkan terus, karena akan mengganggu baik bagi individu itu sendiri maupun bagi lingkugan.

9. Masalah Belajar
Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembang¬an melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, afektif, maupun psikomotor) untuk memperoleh respons yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien. Masalah-masalah belajar yang mungkin timbul misalnya pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran, belajar berkelompok, mempersiapkan ujian, memilih mata pelajaran yang cocok, dan sebagainya.
Keberhasilan belajar siswa/mahasiswa itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal (yang bersumber dari dalam diri sendiri) maupun eksternal (yang bersumber dari luar atau lingkungan).

a. Faktor internal
Ada beberapa faktor yang harus dipenuhinya agar belajarnya berhasil. Syarat-syarat itu meliputi fisik dan psikis Yang termasuk faktor fisik, di antaranya: nutrisi (gizi makanan), kesehatan dan keberfungsian fisik (terutama pancaindera). Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan kurang bisa konsentrasi. Penyakit juga dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, apabila penyakit itu bersifat kronis atau proses atau terus menerus dan mengganggu kenyamanan.
b. Faklor Ekternal
Faktor ini meliputi aspek-aspek sosial dan nonsosial. Yang dimaksud dengan faktor sosial adalah faktor manusia, baik yang hadir secara langsung (bertatap niuka atau berkomunikasi lancysung), maupun kehadirannya secara tidak langsung, seperti: berupa foto, suara (nyanyian, pembicaraan) dalam radio, TV, dan tape recorder. Sedangkan yang termasuk faktor nonsosial adalah: keadaan suhu udara (pagi, dingin), waktu (pagi, siang, malam), suasana lingkungan (sepi, bising atau ramai), keadaan tempat (kualitas).

Tiada ulasan:

Catat Ulasan