Selasa, 26 Oktober 2010

Konsep Manusia dalam Kaitan Dengan Bimbingan Konseling

Kita memandang manusia selalu dikuasai oleh konflik awal pada masa anak-anak yang ditekan, maka Frederick memandang manusia pada situasi saat ini, sehingga Gestalt lebih menekankan pada apa yang dialami konseling saat ini. Daripada hal-hal yang pernah dialami oleh konseling, dengan kata lain lebih memusatkan pada bagaimana konseling berperilaku, berpikir, dan merasakan pada situasi saat ini, sebagai usaha untuk memahami diri daripada mengapa konseling berperilaku seperti itu.

Teori Gestalt merupakan suatu pendekatan konseling yang didasarkan pada satu pemikiran bahwa individu harus dipahami pada konteks hubungan yang sedang berjalan dengan lingkungan. Sehingga salah satu tujuan konseling yang ingin dicapai adalah menyadarkan konseling terhadap apa yang sedang dialami dan bagaimana mereka menangani masalahnya. Gestalt berkeyakinan bahwa melalui kesadaran ini maka perubahan akan muncul secara otomatis.

Pendekatan mengarahkan konseling untuk secara langsung mengalami masalahnya daripada hanya sekedar berbicara. Situasi yang sering sekali bersifat abstrak. Dengan begitu konselor akan berusaha untuk memahami secara langsung bagaimana konseling berfikir, bagaimana konseling merasakan sesuatu dan bagaimana konseling melakukan sesuatu, sehingga konselor akan tetap hadir secara penuh, dalam proses konseling sehingga yang pada akhirnya memunculkan kontak yang murni antara konselor dengan konseling.

Gestalt meyakini bahwa konseling adalah sosok yang terus tumbuh dan memiliki kemampuan untuk berdiri di atas dua kakinya sendiri, serta mampu mengatasi masalahnya sendiri. Hal-hal ini membuat pendekatan antara konselor dengan konseling, memiliki dua agenda besar dalam proses konseling, yaitu menggerakkan konseling untuk berubah dari environmental support ke self support dan integrasi ulang terhadap bagian-bagian yang tidak dimiliki.

Agenda sebagaimana disebut diatas berpengaruh terhadap proses konseling yang akan dilakukan oleh konselor. Dalam proses konseling, konselor tidak memiliki agenda khusus, konselor tidak memiliki keinginan-keinginan, memahami bagaimana konseling berhubungan dengan lingkungan secara saling ketergantungan. Hal ini mengarahkan konselor untuk menekankan proses dialog, selama proses konseling pendekatan ini akan menciptakan kontak yang spontan yang pada akhirnya berujung pada bagaimana konselor dan konseling memahami prose situ sendiri.

Salah satu pemikiran penting dari teori Gestalt adalah memandang individu sebagai agen yang dapat melakukan regulasi diri. Pengontrolan diri akan muncul jika individu secara sadar memahami apa yang terjadi disekitarnya. Proses terapi hanya akan memfasilitasi bagaimana kesadaran itu muncul dan bagaimana kesadaran tersebut berintegrasi dalam proses konseling.

Pola pikir diatas menunjukkan bahwa dalam proses konseling, konesling akan berusaha mengenali siapa dirinya dan menjadi dirinya sendiri. Sebab apabila dia tidak mengenali dirinya, yakin bahwa permasalahan tidak akan selesai jika konseling masih menjadi orang lain. Masalah akan selesai jika konseling secara sadar memahami siapa dirinya. Sehingga, dalam proses konseling akan difasilitasi untuk memahami siapa dirinya dan bukan diarahkan untuk menjadi apa.

Dalam pendekatan, situasi saat ini merupakan hal yang sangat penting sehingga dalam proses konseling, konseling akan diajak untuk belajar mengapresiasi dan mengalami secara penuh keadaan saat ini. Gestalt tidak akan mencari tahu apa yang telah terjadi dimasa lalu, tetapi lebih pada mendorong konseling unutk membicarakan saat ini. Pemusatan pada masa lalu akan menjadi jalan bagi konseling untuk menghindari masalahnya. Unutk membantu konesling memahami keadaan saat ini, maka konselor dapat membantu dengan memberikan catatannya “ Apa dan bagaimana”, dengan demikian catatannya “mengapa” adalah kata tanya yang sangat jarang dipergunakan oleh konselor, bahkan sering kali konselor memotong pembicaraan konseling, jika koseling mulai menceritakan tentang masa lalunya.

Konselor meyakini bahwa pengalaman masa lalu, sering kali mempengaruhi keadaan konseling saat ini, terlebih jika pengalaman masa lalu memil;iki hubungan yang signifikan dengan kejadia atau masalah yang dimiliki oleh konseling. Di lain pihak, karena ketakutannya unutk menyelesaikan masalah, maka konseling cenderung untuk secara terus menerus membicarakan masa lalunya. Untuk mengatasi masalah ini maka konselor dapat mengajak konseling untuk kembali ke saat ini dengan cara “ membawa fantasinya ke saat ini dan mencoba untuk mengajak konseling untuk melepaskan keinginannya”.




Nama : Maisaroh
Nim : 10942008621
Mata study : Bimbingan Konseling I
Dosen : M. Fahli zatra Hadi S.sos.I

Tiada ulasan:

Catat Ulasan