Manusia adalah mahluk sosial. Artinya adalah manusia tidak dapat hidup sendiri. Sehingga manusia tersebut mau tak mau harus dapat hidup kerkelompok dan menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. Menurut berbagai ahli filsafat, (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut
Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
Manusia dilahirkan, dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu adan akan menjadi apa manusia itu.
Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu. Untuk menciptakan berkesinambungannya peradaban manusia, maka peran pendidikan sangatlah penting. Perhatian yang penuh terhadap peningkatan mutu pendidikan akan berefek pula terhadap semakin tingginya peradaban manusia.
Pandangan tentang hakekat manusia.
Menurut pandangan pendekatan humanistik mengemukakan bahwa manusia adalah produk dari dorong-dorongan tak sadar, pengondisian, dan fisikologi para humanis. Ciri yang sangat penting dari pandangan para humanistik ini ialah keyakinan bahwa individu dimotifikasikan oleh pertumbuhan positif kearah keparipurnaan, kesempurnaan, keunikan pribadi, dan kepenuhan diri sendiri. Dengan kata lain para humanistik berpendapat bahwa individu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari bawah atau dari luar.
Pandangan aksistensial mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar yang memiliki secara bebas tindak-tindakannya, dan arena pilihannya yang bebas itu maka setiap manusia berkembang sebagai seorang individu yang unik. Dalam meneliti keberadaan manusia, pendekatan eksistensial menggunakan metode tertentu yakni metode fenomenologis. Metode ini menggambarkan atau menjelaskan pengalaman dalam bahasa pengalaman.
Cari Rogers berpendapat bahwa manusia pada dasarnya baik dan daat dipercaya, kata-katanya seperti dapat dipercayai, daat diandaikan kontruktif atau baik, menggambarkan ciri-ciri khas yang kelihatannya melekat pada manusia. Rogers juga berpendapat bahwa manusia pada hakekatnya hidup dalam dunia pribadi dan subjektifnya sendiri, dan bahkan fungsinya yang sangat objektif dalam ilmu pengetahuan merupakan akibat dari tujuan dan pilihan subjektif.
Rogers berkeyakinan bahwa manusia lebih bijaksana daripada intelektualnya, lebih bijaksana dari pada pikiran sadarnya. Apabila manusia berfungsi dengan baik dan tidak defensif, maka dia mencapai seluruh reaksi organismenya yang sering mengakibatkan penilaian-penilaian lebih baik, bahkan lebih intutif dari pada pikiran sadar. Setiap manusia hidup didalam dunia pengalaman yang selalu berubah dimana ia menjaah pusatnya.
Menurut Sigmund freud, segala tingka laku manusia bersumber pada dorongan-dorongan yang terletak jauh didalam ketidaksadaran. Freud memandang manusia sealu dikuasai oleh konflik awal masa anak-anak yang ditekan.!
Frederick Perls pendiri pendekatan konseling Gesfalt, memandang manusia pada apa yang dialami oleh konseli saat ini daripada hal-hal yang pernah dialami oleh konseli, dengan kata lain, Gestalt lebih memusatkan pada bagaimana konseli berperilaku, berpikiran dan meracakar pada situasi saat ini sebagai usaha untuk memahami dari pada mengapa konseli berperilaku seperti itu.
Salah satu pemikiran penting dari teori gestalt adalah memandang manusia sebagai agen yang dapat melakukan regulasi diri. Pengontrolan diri akan muncul jika manusia secara sadar memahami apa yang terjadi disekitarnya.
Nama : IRJASMIATI
Nim : 10942008496
Jurusan/Semester : BPI/III
Mata Kuliah : BKI
Tiada ulasan:
Catat Ulasan