Memandang manusia selalu dikuasai oleh konflik awal pada masa anak-anak yang ditekan, sehingga lebih menekankan pada apa yang dialami konseling saat ini. Daripada hal-hal yang pernah dialami oleh konseling, teori merupakan suatu pendekatan konseling yang didasarkan pada satu pemikiran bahwa individu harus dipahami pada konteks hubungan yang sedang berjalan dengan lingkungan. Sehingga salah satu tujuan konseling yang ingin dicapai adalah menyadarkan konseling terhadap apa yang sedang dialami dan bagaimana mereka menangani suatu permasalahan atau problem yang sedang dihadapi..
Konselor akan berusaha untuk memahami secara langsung bagaimana konseling berfikir, bagaimana konseling merasakan sesuatu dan bagaimana konseling melakukan sesuatu, sehingga konselor akan tetap hadir secara penuh, dalam proses konseling sehingga yang pada akhirnya memunculkan kontak yang murni antara konselor dengan konseling, bahwa konseling adalah sosok yang terus tumbuh dan memiliki kemampuan untuk berdiri di atas dua kakinya sendiri, disini maksudnya seperti apapun masalah atau problem yang dihadapi oleh seorang manusia pasti ada jalan keluar atau cara penyelesaian yang bagus dan benar.
Dalam proses konseling, konselor tidak memiliki agenda khusus, konselor tidak memiliki keinginan-keinginan, memahami bagaimana konseling berhubungan dengan lingkungan secara saling ketergantungan. Hal ini mengarahkan konselor untuk menekankan proses dialog, selama proses konseling pendekatan ini akan menciptakan kontak yang spontan yang pada akhirnya berujung pada bagaimana konselor dan konseling memahami proses itu sendiri, salah satu pemikiran penting adalah memandang individu sebagai agen yang dapat melakukan regulasi diri. Pengontrolan diri akan muncul jika individu secara sadar memahami apa yang terjadi disekitarnya.
Pola pikir diatas menunjukkan bahwa dalam proses konseling, konesling akan berusaha mengenali siapa dirinya dan menjadi dirinya sendiri. Sebab apabila dia tidak mengenali dirinya, yakin bahwa permasalahan tidak akan selesai jika konseling masih menjadi orang lain. Masalah akan selesai jika konseling secara sadar memahami siapa dirinya. Sehingga, dalam proses konseling akan difasilitasi untuk memahami siapa dirinya dan bukan diarahkan untuk menjadi apa.
Dengan mengakui dan mengalami penghambatan-penghambatan itu akan meningkat sehingga dia kemudian bisa mengumpulkan kekuatan guna mencapai keberadaan yang lebih otentik dan vital, tidak ada kecuali sekarang, karena masa lampau telah pergi dan masa depan belum datang. Maka saat ssekaranglah yang paling berfokus pada masa lampau dianggap sebagai suatu secara untuk menghindari tindakan mengalami sepenuhnya. Saat sekarang ketika membicarakan.
Ketika membicarakan “ etos saat sekarang” polster dan polster (1973) mengembangkan tesis bahwa “ kekuatan ada pada saat sekarang” pandangan mereka adalah, “kebenaran yang paling sulit diajarkan adalah bahwa hanya sekarang lah yang ada dan bahwa menyimpang daripadanya, berarti menyimpang dari kwalitas hidup. “yang ada pada kenyataan” bagi banyak orang saat sekarang kehilangan kekuatannya, mereka menghabiskan energi untuk meratapi kekeliruan di masa lampau dan mengangankan kehidupan yang berbeda, atau terlibat dalam penetapan-penetapan dan rencana-rencana masa depan yang tak berkesudahan.alih-alih berada pada saat sekarang.
Tahap-tahap yang menakutkan yakni merreka dirasuki oleh pengharapan-pengharapan katastrofik atas berbagai hal buruk yang akan terjadi. Oleh pengharapan-pengharapan anastrofil mengenai berbagai hal yang menakjubkan yang akan timbul, mereka berusaha menutup kesenjangan antara saat sekarang dan hari kemudian dengan resolusi-resolusi, rencana-rencana, dan visi-visi alih-alih hidup pada saat sekarang, guna membantu klien untuk membuat kontak dengan saat eskarang, terapis lebih suka mengajukan pertanyaan-pertanyaan apa dan abagaimana, ketimbang mengapa.
Pertanyaan-pertanyaan mengapa juga mengarah kepada pemikiran yang tidak berkesudahan tentang masa lampau yang hanya akan membangkitkan penolakan pada saat sekarang. Sebagian besar orang hanya bisa tinggal dalam saat sekarang sesaat saja. Mereka agaknya lebih suka mencari-cari cara menghentikan aliran saat sekarang. Mereka sering berbicara tentang perasaan-perasaan hampir seakan-akan perasaan-perasaan itu terpisah dari mengalami pada saat sekarang. Alih-alih mengalami perasaan-perasaan disini dan sekarang. Sasaran-sasaran perls adalah membantu orang-orang untuk membuat hubungan dengan pengalaman-pengalaman mereka secara jelas dan segera ketimbang semata-mata berbicara tentang pengalaman-pengalaman itu, jadi jika klien mulai berbicara tentang kesedihan, kesakitan.
Pembicaraan tentang masalah hanya akan menjadi suatu permainan kata tak berakhir yang menjurus pada diskusi, dan eksplorasi yang tidak produktif atas makna-makna yang tersenbunyi. Itu adalah salah satu cara menolak pertumbuhan juga suatu cara untuk menipu diri sendiri, para klien menipu dirinya sendiri melalui keyakinan bahwa, karena mereka menghadapi dan membicarakan masalah-masalah mereka menyelesaikan masalah-masalah itu.
Nama : Nazirah
Mata study : Bimbingan Konseling I
Dosen : M. Fahli zatra Hadi S.sos.I
Tiada ulasan:
Catat Ulasan